KOMPAS.com – Kamu mungkin sering melihat penggunaan biji selasih dalam aneka minuman manis. Khususnya saat Ramadhan, biji selasih populer sebagai campuran takjil.
Namun sebenarnya, apa biji selasih itu dan dari mana asalnya?
Berdasarkan buku “Untung Berlipat dari Budi Daya Kemangi dan Selasih – Tanaman Multimanfaat” (2016) karya H. Rahmat Rukmana dan H. Herdi Yudirachman terbitan Lily Publisher, biji selasih merupakan biji yang dihasilkan dari tanaman selasih.
Selasih yang dalam bahasa Inggris disebut "basil" ini merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Di antaranya sebagai tanaman obat, pestisida nabati, penghasil minyak atsiri, sayuran, dan minuman penyegar.
Baca juga: Resep Es Timun Serut, Tambah Selasih agar Lebih Sehat
Biji selasih merupakan salah satu bagian tanaman selasih yang bisa dimanfaatkan untuk konsumsi manusia selain daunnya.
Biasanya biji selasih akan direndam dengan air lebih dahulu hingga mengembang, baru dicampurkan pada minuman.
Dalam buku “Selasih: Potensi dan Prospeknya” (2019) karya H. Rahmat Rukmana terbitan CV. Aneka Ilmu, disebutkan bahwa tanaman selasih memiliki banyak manfaat salah satunya manfaat untuk sayuran dan minuman.
Bagian tanaman yang dimanfaatkan jadi minuman adalah bagian bijinya. Biji selasih dipercaya bermanfaat untuk menyegarkan sekaligus berkhasiat khusus.
Di antaranya melancarkan buang air besar, sembelit, gangguan pencernaan, menurunkan kolesterol, memberi kesegaran pada tubuh, mencegah panas dalam, dan dipercaya sebagai penambah daya ingat dan tonik.
Tanaman selasih diduga berasal dari Asia tropis, terutama India. Hal ini disimpulkan oleh ahli botani Soviet bernama Nikolai Ivanovich Vavilov yang melakukan ekspedisi pada tahun 1887-1942.
Tanaman selasih konon sempat digunakan pada zaman Mesir kuno sebagai pengawet jenazah. Di sana, selasih disebut royal heb atau kingly atau tanaman raja.
Baca juga: Tips Pilih Menu Buka Puasa dan Sahur dari Dokter Gizi
Sementara di Perancis, selasih dianggap sebagai tanaman kerajaan dan di Italia dianggap sebagai lambang cinta.
Tanaman ini kemudian menyebar pada abad ke-16 dan mulai banyak ditanam di Eropa dan seluruh dunia.
Selain diambil daun dan bijinya untuk konsumsi, masyarakat di sekitar Laut Tengah juga mengambil minyak dari tanaman ini.