Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Kemenparekraf Kejar Sektor Kuliner yang Tertinggal

Kompas.com - 08/04/2021, 12:11 WIB
Krisda Tiofani,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kuliner Indonesia belum dapat menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) dengan maksimal. 

Menurut pernyataan Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno, kontribusi kuliner Indonesia pada PDB saat ini hanya mencapai 14,99 persen.

Angka tersebut harus ditingkatkan setidaknya menjadi 30 persen, mengejar bidang fashion yang sudah mencapai angka 41,47 persen.

Baca juga: Pusat Kajian Kuliner dan Gastronomi Indonesia Hadir di UGM

Salah satu fokus Kementerian Pariwisata Ekonomi dan Kreatif (Kemenparekraf) untuk mengejar ketinggalan tersebut adalah dengan kopi. 

"Kopi kita terbaik dan selalu menjuarai. Namun, kita masih menjadi produsen terbaik keempat di dunia," tutur Sandiaga Uno saat menjadi narasumber dalam Webinar Gastronomi & Launching Pusat Kajian Kuliner dan Gastronomi Indonesia, Selasa (30/3/2021).

Sandiaga mengatakan kopi asal Indonesia masih kalah terkenal dari kopi Brasil dan Vietnam. 

"Padahal, kalau kita lihat dari Sabang sampai Merauke, kopi-kopi kita unggulan," pungkasnya.  

Kopi juga dipilih Kemanparekraf untuk  karena dinilai memiliki banyak peminat, khususnya selama masa pandemi di Indonesia.

Setidaknya, produksi dan penjualan kopi meningkat tajam hingga Rp 60 hingga 62 juta untuk per satu kedai kopi Indonesia selama satu bulan.

Baca juga: Apa Itu Gastronomi dan Fungsinya untuk Kuliner Indonesia?

Selain memanfaatkan kopi, Kemenparekraf juga menggunakan pola pemikiran gastronomi dan gastrodiplomasi untuk meningkatkan sumbangan PDB dari kuliner. 

 

Pola pemikiran gastronomi dari Kemenparekraf dijelaskan ada tiga, seperti berikut:

Besek Idul Adha dari Restoran Kedai Sirih Merah.Kompas.com/Silvita Agmasari Besek Idul Adha dari Restoran Kedai Sirih Merah.

 

1. Program hibah desain

Dalam hal ini, konten disebutkan Sandiaga sebagai king yang diikuti kemasan sebagai queen, serta ekosistem yang berperan menjadi kingdom.

Ketiga hal tersebut harus terkait dan melengkapi satu sama lain.

Sandiaga menuturkan ingin bekerja sama dnegan Pusat Kajian Kuliner Gastronomi Indonesia (PKKGI) khususnya untuk membuat desain kemasan produk kuliner.

2. Inkubasi

Menurut Sandiaga, seorang pengusaha tidak mungkin sukses tanpa pelatihan, pendampingan dan pembiayaan.

Maka berdasarkan pengalamannya, inkubasi dinilai perlu untuk menciptakan pengusaha yang maju.

Baca juga: Kuliner Indonesia Menyebar di Dunia, Bagaimana Peran Diaspora Indonesia?

3. Aksilarasi (aksi selaras sinergi)

 

Aksi ini dibutuhkan untuk membangun percepatan pertumbuhan ekonomi kreatif.

Sandiaga menuturkan bahwa masyarakat Indonesia tidak boleh terlalu lambat dan harus berlari maraton guna mencapai wujud kuliner yang lebih baik.

Sementara pola pemikiran gastrodiplomasi disebutkan oleh Sandiaga, hal ini pernah dilakukan Presiden Joko Widodo khususnya sewaktu menjadi Wali Kota Solo.

Berdiplomasi dalam gastronomi ditujukkan dengan silaturahmi. Silaturahmi yang dimaksud adalah berbincang sambil menyediakan makanan.

Baca juga: Menyelisik Kuliner Khas Menggugah Selera dari 5 Destinasi Super Prioritas

 

Pola pemikiran ini berperan tinggi dalam mempromosikan gastronomi Indonesia. Selain itu, ke depannya gastrodiplomasi juga bisa menjadi soft power untuk bidang pariwisata.

“Saya mendorong agar kita semua berkolaborasi, agar kita tidak buat kebijakan yang tidak ngobrol sama institusi pendidikan dan pelaku serta para jurnalis," jelasnya. 

"Bagaimana kebijakan-kebijakan kita mewujudkan makanan Indonesia lebih dikenal tuan rumah di negeri sendiri, dicintai di luar negeri dan mendukung kedaulatan bangsa termasuk kedaulatan pangan,” tutup Sandiaga.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com