Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Unik Penjual Nasi Kapau di Sumatera Barat, Jualan Makanan Keliling

Kompas.com - 30/10/2020, 10:47 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Ada tradisi unik para pemilik lapau (warung) nasi kapau di Sumatera Barat. Mereka akan berjualan berkeliling, menyesuaikan tempat dagang mereka dengan hari balai atau hari pasar.

Hal itu dijelaskan Reno Andam Suri, penulis buku Rendang Traveler dan Rendang: Minang Legacy to the World ketika menjadi narasumber dalam sesi webinar “Selintas Perjalanan Rantau: Lapau Nagari Kapau” yang diselenggarakan Aksara Pangan, Kamis (22/10/2020).

Biasanya hari balai akan berlangsung sekitar tiga sampai empat kali dalam satu minggu. Tempatnya pun berpindah-pindah.

Baca juga: Apa Bedanya Makan Nasi Kapau di Tempat dan Dibungkus?

“Hari senin itu misalnya mereka ke Piladang, Selasa ke Aurkuning, Rabu ke Simalanggang,” tutur Reno.

Para penjual nasi kapau yang berasal dari Nagari (sebutan desa di Sumatera Barat) Kapau ini kemudian pergi ke lokasi hari balai berlangsung.

Jaraknya pun tidak dekat. Menurut Reno, kadang-kadang hari balai terletak di lokasi sekitar 30-50 kilometer dari Nagari Kapau.

Hari balai di Sumatera BaratDok. YouTube Aksara Pangan Hari balai di Sumatera Barat

Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda. Kala itu perempuan Minang yang ditinggal kaum lelaki merantau mulai berjualan ke pasar-pasar.

Mereka berjalan kaki atau kadang menaiki kereta demi bisa menjangkau lokasi pasar yang jauh. Saat itu jalur kereta memang sudah dibangun oleh Belanda.

Baca juga: 5 Makanan Khas Lapau Nasi Kapau yang Tidak ada di Rumah Makan Padang

Kebiasaan tersebut terus dilestarikan hingga kini. Salah satu alasan para pemilik lapau itu terus berjualan di hari balai adalah untuk mengobati kerinduan para pelanggan.

“Mereka enggak bertemu dengan pembeli itu selama seminggu. Jadi ketika mereka pergi ke balai, mereka belanja untuk keperluan rumah, mereka mengobati kerinduan untuk melepas lelahnya itu dengan makan di lapau,” tutur Reno.

Welti memasak masakan untuk warung nasi kapau miliknya di rumahnya di Nagari Kapau, Agam, Sumatera Barat. Masakan khas nasi kapau antara lain rendang itik, rendang ayam, dan tambusu (usus sapi isi telur dan tahu).KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Welti memasak masakan untuk warung nasi kapau miliknya di rumahnya di Nagari Kapau, Agam, Sumatera Barat. Masakan khas nasi kapau antara lain rendang itik, rendang ayam, dan tambusu (usus sapi isi telur dan tahu).

Lapau permanen

Selain lapau di hari balai, para pemilik lapau juga ada yang berjualan di lokasi permanen.

Misalnya, di warung-warung yang ada di Los Lambuang atau di Pasar Ateh. Mereka setiap hari akan berjualan di situ.

Selain di pasar-pasar, ada pula lapau yang terkenal dan besar di seluruh penjuru Bukittinggi.

Biasanya, lapau permanen ini adalah mereka yang sudah memiliki omzet yang tinggi dan dikenal turis.

Baca juga: Makan Nasi Kapau Jangan Lupa Minta Sebeng, Bonus Lauk Nasi Kapau

“Biasanya kalau turis langsung ke Los Lambuang atau ke Uni Lis di Pasar Ateh, atau ke Uni Cah, karena tidak semua orang tahu hari balai kapan dan di mana,” ujar Reno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com