KOMPAS.com - Butuh penanganan dari hulu ke hilir untuk realisasi sagu sebagai pangan alternatif yang berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti dan juga pegiat pangan olahan sagu Saptari Ningwulan, dalam sesi talkshow “ Sagu Pangan Sehat untuk Indonesia Maju” Pekan Sagu Nusantara, Selasa (20/10/2020).
Menurutnya, pemerintah telah membuat beberapa rencana penanganan di hulu. Beberapa di antaranya adalah penataan dan perluasan yang dilakukan Kementerian Pertanian.
Baca juga: Produktivitas Sagu Masih Rendah, Kementan Tata dan Perluas Lahan Sagu
Perusahaan Umum Badan Usaha Logistik (Perum Bulog) juga membuat produksi Sago Mee Bulog.
Upaya Perum Bulog di hulu lewat peluncuran produk Sago Mee Bulog jadi salah satu upaya untuk meningkatkan potensi sagu menjadi pangan alternatif.
“Kita ingin mengenalkan, jangan ketergantungan dengan mi dari gandum. Sementara mi ini kebanyakan dari gandum. Sehingga kita akan memperbesar impor,” tutur Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso di kesempatan yang sama.
Jika produk ini berhasil dan bisa dikelola dengan baik, maka diharapkan bisa mengurangi tingkat impor gandum.
Tak itu saja, sagu juga perlahan diharapkan bisa menggantikan beras sebagai sumber pangan utama di Indonesia.
Menurut Budi, saat ini saat ini banyak masyarakat yang mencari alternatif pangan selain beras.
“Masyarakat kita tidak semua mengonsumsi beras. Apalagi budaya sekarang orang senang diet. Makan yang kadar gula rendah. Sagu ini salah satunya alternatif yang sangat baik,” tegas Budi.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan