KOMPAS.com – Frasa "nenek moyang kita seorang pelaut" rasanya begitu tepat digunakan.
Pasalnya, di Candi Borobudur yang telah ada sejak abad kesembilan terdapat relief yang menggambarkan kapal laut megah.
Relief tersebut tepatnya terletak di lantai ketiga candi, panel ke-88. Di sana, tergambar jelas sebuah kapal layar megah tradisional yang dikelilingi gambar banyak orang.
Baca juga: Sejarah Jalur Rempah di Indonesia, Pengaruh Angin Monsun
“Kenapa ada sebuah kapal di dalam rangkaian relief Candi Borobudur ini?" kata Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWC), Prambanan, dan Ratu Boko, Edy Setijono.
"Satu hal yang bisa kita pelajari bahwa di abad ke-7 dan ke-8 ada sebuah moda transportasi yang mempunyai arti penting bagi bangsa kita, yaitu kapal,” lanjut Edy.
Edy saat itu menjadi salah satu pembicara dalam webinar "International Forum on Spice Route 2020" sesi Warisan Laut Nusantara, Rabu (23/9/2020).
Adanya relief kapal di Candi Borbobudur kemudian menarik perhatian seorang mahasiswa peneliti asal Inggris, Philip Beale.
Ia sedang melakukan penelitian tentang kapal-kapal tradisional di Indonesia pada 1982.
Philip menganggap figur kapal tradisional yang ada pada relief ini begitu menarik. Ia akhirnya berusaha untuk mewujudkan replika dari kapal yang ada pada relief candi.
Pada akhirnya ia berhasil meminta bantuan seorang pembuat kapal tradisional bernama As’ad Abdullah yang tinggal di Pulau Pagerungan Kecil, Madura.
“Akhirnya dibuatlah sebuah kapal duplikat dari yang ada di relief Candi Borobudur tersebut dari berbagai jenis kayu," jelas Edy.
"Proses pembuatan dilakukan secara manual tanpa menggunakan paku, jadi semua menggunakan simpul dari ikatan kayu sedemikian rupa,” lanjutnya.
Baca juga: Pentingnya Redefinisi Jalur Rempah
Akhirnya kapal yang pembuatannya mencontoh gambar relief tersebut jadi. Kapal tersebut diberi nama Samudra Raksa.
Kapal ini merupakan kapal tradisional yang bergerak dengan memanfaatkan angin, benar-benar tidak ada penggunaan mesin modern di dalamnya.
Selanjutnya, kapal ini diberangkatkan untuk misi menyusuri jalur kayu manis dari Jakarta hingga ke Ghana pada 2003-2004 yang memakan waktu kurang lebih 7 bulan.