Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/08/2020, 11:11 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Secara garis besar ada tiga jenis kue apem yang biasa kita temukan yakni kue apem kukus, panggang, dan selong.

Baca juga: Resep Apem Selong khas Tahun Baru Islam yang Mengembang dan Lembut

Perbedaan ketiga jenis kue apem ini pada dasarnya terletak pada cara memasaknya. Executive Chef Santika Premiere Yogyakarta, Totok Siswantoko mengatakan bahwa kue apem kukus, seperti namanya, dimasak dengan cara dikukus.

Bentuknya seperti kue muffin, agak tebal dan bisa diberi aneka rasa seperti cokelat, stroberi, dan yang paling umum adalah rasa gula jawa. Sementara kue apem panggang memiliki bentuk bulat pipih sedikit tebal dan berwarna kecoklatan.

“Kalau apem panggang biasanya pakai arang atau kayu bakar atau kompor yang bersentuhan langsung dengan wajan. Wajannya juga ada dua, dari tanah atau gerabah dan dari logam,” jelas Totok ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (19/8/2020).

“Ada juga (kue apem panggang) yang menggunakan combi oven atau electric oven menggunakan kotak stainless dengan api dari bawah,” sambung dia.

Ilustrasi kue apem gula merah kukus. Dok. Sajian Sedap Ilustrasi kue apem gula merah kukus.

Sementara kue apem selong yang memiliki bentuk mirip serabi notosuman dengan pinggiran tipis berwarana kecoklatan.

Kue apem dimasak dengan cara dipanggang di atas tungku tanah liat. Sering juga disebut sebagai apem renda karena adonan yang renyah di bagian pinggir.

“Selong itu artinya diasingkan atau dipinggirkan maksudnya pinggiran apemnya itu kan berbeda dengan apem lainnya. Sedikit crispy dan kecoklatan. Makanya sering disebut renda,” jelas Travelling Chef Wira Hardiansyah ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (19/8/2020).

Perbedaan konsistensi adonan

Sementara dari bahan atau komposisi adonan masing-masing kue apem tidak ada yang berbeda. Perbedaan terletak di konsistensi adonannya.

Kue apem panggang memiliki konsistensi adonan yang lebih kental dari kue apem kukus.

Sementara kue apem selong memiliki konsistensi yang lebih cair dari konsistensi adonan kue apem kukus agar bisa memiliki kulit agak tipis di bagian sisi berwarna kecoklatan.

Ilustrasi apem selong (Jawa). SHUTTERSTOCK/FOTONE AGUS Ilustrasi apem selong (Jawa).

Filosofi kue apem

Kue apem kaya akan filosofi. Sajian ini telah lama jadi bagian dari ritual berbagai perayaan khususnya di daerah Jawa. Salah satunya adalah perayaan Tahun Baru Islam.

Di Jawa Tengah, ada ritual mengarak gunungan apem. Nantinya kue apem akan diperebutkan oleh masyarakat karena dipercaya sebagai berkah.

Kue apem bisa dibilang menjadi simbol permohonan ampun atas berbagai kesalahan di tahun sebelumnya.

Menurut Wira, kata ‘apem sendiri berasal dari kata afuan, afwan, affan, atau afuwwun dalam bahasa Arab yang artinya meminta maaf atau ampunan.

“Orang Jawa menyederhanakan kata Arab ini dengan ‘apem’. Tujuan penggunaannya adalah agar masyarakat terdorong untuk selalu memohon ampun kepada Sang Pencipta,” terang Wira.

Karena makna ‘apem’ yang diambil, maka ketiga jenis apem tersebut; kue apem kukus, kue apem panggang, dan kue apem selong sama-sama bisa digunakan untuk ritual perayaan Tahun Baru Islam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com