Jumlah pejantan yang dipelihara sudah disesuaikan dengan kemampuan fisiologis pejantan artinya jumlahnya sudah dihitung detail mampu mengawini berapa betina.
“Sehingga harapannya, semua betina pernah dikawini oleh jantan. Sehingga telur yang dihasilkan harapannya semua mengandung sperma,” ujar Niken.
Namun namanya makhluk hidup, ayam pejantan pun ada kalanya kurang fit, sehingga kadang tidak 100 persen betina itu dikawini oleh pejantan.
“Namun kita kesampingkan itu dulu, yang jelas industri pembibitan itu tujuan utamanya menghasilkan telur yang tertunas, telur fertil,” tambahnya.
Industri pembibitan setiap harinya memproduksi telur fertil atau telur tertunas. Namun untuk optimalisasi, agar telur bisa dieramkan dan ditetaskan menjadi anak ayam atau yang sering kita sebut DOC (day old chicken) maka dilakukan proses seleksi.
Kriteria:
Proses pembuatan telur fertil
1. Telur yang sudah terseleksi ini tadi disebut telur tetas. Telur tetas adalah telur-telur yang sudah melewati proses seleksi dan siap dimasukkan ke dalam mesin pengeraman atau hatcher.
“Sekarang sebagian kecil yang tidak terseleksi tadi akhirnya ya dijadikan telur konsumsi, jadi itu bisa dikonsumsi. Aturan mengenai bahwa tidak boleh diperjual belikan itu bukan aturan saya untuk menjawab,” papar Niken.
2. Telur tetas atau hatching egg (HE) dimasukkan ke dalam mesin pengeraman 18 hari lalu pindah ke mesin penetasan selama tiga hari.
“Pada saat proses perpindahan pada mesin pengeraman kemudian masuk ke mesin penetasan, telur-telur itu akan diseleksi kembali,” tambah Niken.
3. Proses seleksi kali ini ditujukan melihat apakah telur memiliki tunas atau apakah embrio yang sudah dierami itu masih hidup.
Kemudian selain melihat embrio tetap hidup, seleksi ini juga melihat mana telur yang tidak terbuahi.
Kemungkinan telur ada yang bukan dari proses pembuahan, jadi selama 18 hari dalam mesin pengeraman itu telurnya masih utuh.