Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Alasan Harga Madu Murni Mahal, Ada Risiko Taruhan Nyawa Peternak

KOMPAS.com – Harga untuk setiap jenis madu yang berbeda di pasaran tentunya berbeda-beda.

Namun satu yang pasti, jika identik dengan kata murni dan asli maka madu tersebut senantiasa dibanderol dengan harga yang cukup mahal.

Hal tersebut bukan tanpa alasan. Menurut Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Sadar Tani Muda Desa Bojongmurni yang juga peternak lebah madu Iyan Supriyadi, harga yang mahal tersebut dikarenakan cara mendapatkan madu yang relatif sulit.

Iyan menjual madu kemasan 250 mililiter dengan harga sekitar Rp 130.000. Sementara untuk kemasan sarang 500 gram dijual Rp 170.000-Rp 180.000 per cup.

“Untuk dapat madu yang terjaga kemurniannya, yang layak jadi obat itu prosesnya panjang. Risikonya juga nyawa,” kata Iyan ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (29/06/2021).

Risiko kehilangan nyawa ini khususnya ditanggung oleh para petani lebah yang memanen madu yang dihasilkan oleh kawanan lebah jenis apis dorsata.

Jenis lebah tersebut yang biasanya bersarang di pedalaman hutan, tepatnya di gua-gua atau pun puncak pohon besar.

“Tahun ini ada sekitar tiga atau empat yang meninggal karena memperjuangkan madu. Itu pengorbanan mereka untuk menafkahi keluarganya melalui madu,” imbuh Iyan.


 

Proses produksi madu

1. Persiapan lahan

Menurut Iyan, proses produksi madu memang terbilang cukup panjang dan membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Para peternak lebah madu sebelumnya perlu mempersiapkan lahan dengan luas yang cukup besar.

Dibutuhkan lahan dengan luas sekitar 500 – 1.000 meter persegi agar bisa membangun budi daya lebah madu yang produktif.

Selain itu, lahan tersebut juga harus ditambah lagi dengan kawasan vegetasi penunjang pakan lebah dengan luas ratusan hingga ribuan hektar.

Kawasan vegetasi tersebut pun harus memiliki sumber pakan lebah yakni terdiri atas nektar, resin, pollen, dan air yang memadai.

2. Persiapan koloni

Setelah lahan siap, selanjutnya adalah mempersiapkan koloni lebah madu. Dibutuhkan koloni yang cukup banyak agar bisa memproduksi jumlah madu sesuai dengan permintaan pasar.

“Harga koloni pun sekarang terbilang luar biasa. Untuk koloni lebah apis cerana, bibitnya itu Rp 500.000 – Rp 1 juta per satu stup atau satu koloni,” terang Iyan.

Di area budi daya milik Iyan yang ada di Eduwisata Lebah Madu di Desa Bojongmurni, di kaki Gunung Pangrango misalnya, ia memiliki 120 kotak budidaya lebah jenis apis cerana dan 500 kotak lebah jenis trigona.

Dari setiap kotak yang memiliki diameter 25x40x25 sentimeter tersebut, Iyan bisa memperoleh madu sekitar 1,5 – 2 kilogram per tiga minggu sekali. 


 

3. Risiko gagal panen

Selain itu, ada risiko gagal panen yang harus ditanggung oleh para peternak lebah madu.

Ada beberapa faktor yang biasanya menyebabkan gagal panen. Di antaranya faktor alam, faktor lingkungan, faktor manusia, dan faktor hama.

“Apalagi musim sekarang itu sulit banget diprediksi. Kemarau yang panjang, itu akan berpengaruh pada produksi,” tambah Iyan.

Panen pun hanya bisa dilakukan sekitar satu sampai dua bulan sekali.

4. Risiko sakit dan kehilangan nyawa

Terakhir adalah risiko disengat lebah madu yang tentu saja harus ditanggung peternak setiap harinya. Sengatan lebah, kata Iyan, ibarat sudah jadi keseharian mereka.

“Yang lazim kita rasakan biasanya kalau kita punya alergi, muntah-muntah, diare, gatal-gatal, demam, bahkan berisiko ke kematian juga kalau sekiranya orang yang berinteraksi dengan lebah itu punya riwayat penyakit tertentu,” pungkas Iyan

Karena hal itulah harga madu di pasaran, terutama madu yang benar-benar asli dan murni, bisa dibanderol dengan harga yang tinggi di pasaran.

Proses produksi yang cukup panjang dan juga risikonya yang luar biasa.

https://www.kompas.com/food/read/2021/06/30/173700275/4-alasan-harga-madu-murni-mahal-ada-risiko-taruhan-nyawa-peternak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke