Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketahui 6 Fakta Bir Pletok Khas Betawi dalam Rangka Ulang Tahun Jakarta

KOMPAS.com – Merayakan ulang tahun ke-494 Kota Jakarta pada 22 Juni 202, kamu bisa mempelajari mengenai asal-usul salah satu minuman tradisional populer kebanggaan masyarakat Betawi, yakni bir pletok.

Walaupun bernama ‘bir’, tak ada kandungan alkohol di dalam bir pletok. Minuman khas Betawi ini kerap juga disebut sebagai bir halal, dan keberadaannya bisa dirunut jauh ke zaman kolonialisme Belanda.

1. Meniru kebiasaan minum wine

Menurut pendiri Wisata Kreatif Jakarta Ira Lathief, bir halal ini konon tercipta dari pengaruh budaya minum alkohol dan wine (anggur) orang Belanda saat itu.

“Zaman dulu Belanda itu suka minuman beralkohol atau wine saat sedang pesta-pesta. Mereka minum bir atau wine ada efeknya, yaitu menghangatkan tubuh,” papar Ira seperti dikutip Kompas.com.

Hal itu ia sampaikan dalam sesi tur virtual Budaya dan Kuliner Betawi yang diselenggarakan oleh Atourin bekerja sama dengan Wisata Kreatif Jalarta, Senin (22/6/2020).

Saat itu, orang-orang Betawi merasa iri dengan orang-orang Belanda yang memiliki minuman penghangat tubuh.

Namun, karena sebagian besar orang-orang Betawi beragama Islam, akhirnya mereka menciptakan minuman khas dengan efek menghangatkan tetapi tidak memabukkan.

2. Tercipta dari rempah-rempah

Bir pletok terbuat dari aneka rempah, seperti jahe, serai, kayu manis, dan kayu secang.

Rempah-rempah tersebut kemudian direbus bersama dengan gula merah dan menghasilkan warna merah dengan rasa rempah yang khas dan manis.

3. Asal-usul nama

Ada dua versi mengenai asal-usul nama bir pletok. Versi pertama, kata Ira, berasal dari bunyi yang terdengar saat proses mengocok bir dalam wadah.

Proses tersebut menghasilkan suara kocokan yang terdengar “pletok”.

Kemudian ada pula yang mengatakan bahwa sebutan tersebut berasal dari bunyi yang dihasilkan ketika orang Belanda membuka kemasan wine mereka. Bunyi tutup wine dibuka terdengar seperti “pletok”.


 

4. Dahulu disajikan panas

Bir pletok bisa dinikmati dalam keadaan panas maupun dingin. Bagaimana pun caranya, bir pletok tetap akan menghasilkan efek hangat pada tubuh.

Namun dahulu, bir pletok lebih populer dikonsumsi dalam keadaan panas.

Seperti dikutip dari buku buku "Kuliner Betawi: Selaksa Rasa dan Cerita" karya Akademi Kuliner Indonesia terbitan Gramedia Pustaka Utama, bahwa es batu baru pertama kali dikenal di Jakarta pada tahun 1960-an.

Bi pletok biasa disajikan di malam hari, saat musim penghujan, sebagai minuman penghangat bagi penduduk Betawi yang saat itu masih tinggal di lingkungan yang dingin.

5. Tak hanya jadi minuman penghangat

Namun seiring berjalannya waktu, bir pletok tak hanya menjadi minuman penghangat saja. Bir pletok kerap disajikan dalam keadaan dingin, sebagai minuman penyegar di kala udara panas.

6. Tak lagi jadi minuman rakyat

Penjual bir pletok kini semakin sulit ditemukan. Sehingga penyebarannya terkesan cukup eksklusif.

Padahal dulunya minuman ini termasuk dalam kategori minuman rakyat yang biasa dijajakan oleh pedagang keliling.

Kini, kamu bisa menemukan bir pletok di perkampungan Betawi. Misalnya, di Setu Babakan Jagakarsa.

Biasanya bir pletok bisa dibeli dalam kemasan botol kaca siap minum. Ada pula bir pletok instan bubuk yang tinggal kamu seduh saja di rumah.

Buku “Kuliner Betawi: Selaksa Rasa dan Cerita" karya Akademi Kuliner Indonesia terbitan Gramedia Pustaka Utama dapat dibeli secara online di Gramedia.com.

https://www.kompas.com/food/read/2021/06/22/130400675/ketahui-6-fakta-bir-pletok-khas-betawi-dalam-rangka-ulang-tahun-jakarta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke