KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Nunung Nurwati mengatakan, keberadaan pekerja anak akan menimbulkan masalah luas dan kompleks.
Membiarkan anak menjadi pekerja, kata dia, akan membentuk sumber daya manusia (SDM) berkualitas rendah hingga lingkaran kemiskinan.
Baca juga: Kisah Brian Tan, Pria Usia 18 Tahun yang Sedang Kuliah S3 di Amerika
"Bagi anak itu sudah jelas akan mengganggu tumbuh kembang dan kehilangan hak-haknya dan mereka akan menjadi SDM yang kualitasnya rendah," kata Prof. Nunug dikutip dari laman Unpad, Senin (4/9/2023).
Menurutnya, hal tersebut diakibatkan anak sejak usia dini sudah bekerja bahkan ada yang tidak sekolah. Mereka juga memiliki upah yang rendah.
Ketika mereka dewasa, kemungkinan besar akan menjadi tenaga yang tidak berkualitas, bekerja serabutan, dan terus memiliki upah rendah.
Jika dibiarkan, kondisi ini berpotensi terulang ketika sudah berkeluarga.
Mereka akan kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga berpotensi kembali menjadi keluarga miskin dan mendorong anak-anak mereka untuk bekerja.
"Nah, itulah yang disebut dengan lingkaran kemiskinan," ujar Prof. Nunung.
Lanjut dia mengatakan, SDM dengan kualitas yang rendah ini akan menimbulkan masalah bagi masyarakat secara luas bahkan negara, sehingga tidak mampu bersaing di pasar global.
Menurut Prof. Nunung, penyelesaian masalah ini bukanlah dengan menarik anak langsung dari pasar kerja.
Akar permasalahannya bukanlah pada anak, melainkan lingkungan yang terdekat, terutama keluarga. Keluarga semestinya mampu untuk memenuhi hak-hak anak, terutama hak bersekolah dan bermain.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.