Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/06/2023, 10:52 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Buku: Feminisme Kritis: Gender dan Kapitalisme dalam Pemikiran Nancy Fraser
Penulis: Amin Mudzakkir
Tanggal Terbit: 31 Juli 2022
ISBN: 9786020661483
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 286

Oleh: Ayu Ambong | Praktisi Komunikasi tinggal di Bogor

KOMPAS.com - Tumbuh dewasa di gelombang budaya pop, saya hanya memahami kesetaraan gender melalui kampanye-kampanye populer.

Sebut saja, perayaan Hari Kartini setiap tahun di sekolah dan di tahun 1995, saat sedang puber-pubernya, lirik lagu album kedua Oppie Andaresta "Bidadari Badung" cukup memengaruhi saya untuk berani mengungkapkan pendapat, rebel tapi sopan. Ideal dan cukup sederhana.

Kemudian memasuki usia SMA, Spice Girls, TLC, Destiny’s Child hadir, seolah-olah memanifestasikan kekuatan perempuan pada setiap individu.

Di usia ini juga saya mulai membaca roman panjang "Ca Bau Kan", kemudian "Saman", dan asyik memantau review "Vagina Monoloques" secara daring. Oh, tak ketinggalan serial "Sex and The City", maklum, pada saat itu saya bercita-cita tinggal di New York seperti kebanyakan perempuan.

Isu soal kapasitas perempuan, tubuh dan bagaimana menjadi diri sendiri tentu saja selalu menarik, apalagi hal ini disuarakan melalui budaya pop. Setidaknya hal ini menjadi cemilan bergizi bagi saya untuk memahami feminisme hingga tamat kuliah.

Kemudian menghadapi dunia kerja, realitas ekonomi terpampang jelas hingga hari ini. Sebagai perempuan, setidaknya saya harus memastikan stok beras, gula dan minyak goreng di dapur ibu cukup aman.

Baca juga: Buku Sulung dan Nyonya Ai, Kisah Sulung Landung Memulihkan Luka Batin

Kegelisahan saya atas kesetaraan gender dan gerakan feminisme belakangan ini tidak lagi melulu soal tubuh, melainkan ketimpangan ekonomi-sosial, pada beberapa sektor, upah pekerja perempuan masih lebih kecil dibandingkan upah pria.

Pada 2022 lalu, dilansir Detik.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap bahwa gaji perempuan di seluruh dunia lebih rendah dibanding laki-laki.

"Perempuan itu kalau melakukan sesuatu dan menghasilkan (yang) bagus itu apresiasinya oh how cute, how cute, tapi dibayarnya 30 persen lebih rendah dari laki-laki," kata Sri Mulyani di Jakarta. Perempuan bekerja masih dianggap pekerjaan sampingan.

Alih-alih mencari jawaban atas kegelisahan ini, saya malah membiarkannya mengendap.

Hingga medio Juli 2022, melalui buku Feminisme Kritis: Gender dan Kapitalisme dalam Pemikiran Nancy Fraser, yang ditulis Amin Mudzakkir, saya kembali merenungkan kegelisahan tersebut.

Pada bab pendahuluan, dijelaskan bahwa buku ini memaparkan pemikiran kritis Fraser yang melihat relasi antara kapitalisme dan gender selalu kultural, terpisah dari ekonomi-politik. Keterpisahan ini, yang melanda wacana feminisme dan gerakan sosial lainnya.

Amin cukup sukses memaparkan pemikiran Nancy Fraser dan tentu saja relevansinya bagi Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com