KOMPAS.com - Urgensi obesitas pada remaja semakin meningkat. Prevalensi obesitas meningkat tiga kali selama 40 tahun terakhir.
Setidaknya 62 persen kasus obesitas terjadi di negara berkembang. Di Indonesia, satu dari empat remaja mengalami obesitas.
Baca juga: Bila Obesitas, Pakar Unair: Anak Berisiko Sakit Jantung dan Diabetes
Guru Besar Ilmu Gizi IPB University, Prof. Hardinsyah mengatakan pengendalian obesitas pada remaja sederhananya melibatkan dua cara, yakni pencegahan dan terapi.
Pencegahan dilakukan dengan tiga pendekatan, yakni pendekatan asupan, pendekatan pengeluaran, dan pendekatan pola hidup.
"Ketiga pendekatan ini dapat mengelola berat badan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan gizi dan masa pertumbuhannya," kata dia mengutip laman IPB, Rabu (31/5/2023).
Menurut Prof. Hardinsyah, pencegahan obesitas harus dilakukan secara holistik, tidak hanya sekedar diet dan aktivitas fisik.
Pasalnya, terdapat faktor lain seperti waktu tidur, genetik hingga hormonal dan setiap orang memiliki faktor risiko yang berbeda.
"Prinsip dasar pencegahan obesitas pada remaja harus diatur berdasarkan keseimbangan energi dalam tubuh dan asupan makanan," jelas dia.
Selain itu, asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi harus seimbang dengan energi basal, thermic effect of food, aktivitas fisik dan energi untuk pertumbuhan.
"Lemak tubuh normal tidak bisa hanya dihitung berdasarkan indeks massa tubuh, karena pada remaja, komposisi tubuh berbeda dan dipengaruhi oleh usia dan masa pertumbuhan," ungkapnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.