MENCINTAI Indonesia memiliki bentuk pengejawantahan yang bersifat partikular. Mencintai dan melestarikan musik-musik tradisional, misalnya, menjadi salah satu bentuk partikularitas dari semangat mencintai Indonesia.
Siapakah sosok yang mencintai musik-musik tradisional di Indonesia? Salah satunya adalah Karl Edmund Prier SJ yang sering disapa dengan sebutan Romo Prier. Romo Prier merupakan rohaniwan Jesuit keturunan Jerman.
Meskipun berusia 80 tahun lebih, Romo Prier masih aktif berkerja. Setiap hari, dia naik vespa dari rumahnya menuju kantornya di Kota Baru Yogyakarta. Umur yang panjang adalah sebuah anugerah.
Baca juga: Romo Prier, Korban Penyerangan Gereja Santa Lidwina Memaafkan Pelaku
Pepatah Jerman mengatakan, “Pensiun hanyalah terbebas dari pekerjaan, tetapi tidak dari kehidupan”. Mengurusi kehidupan adalah pekerjaan seorang rohaniwan. Selama masih diberi tenaga dan kesehatan oleh Tuhan, seorang rohaniwan akan terus berkarya meskipun sudah berusia 70-an atau 80-an tahun.
Belum lama ini, Insititut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta memberikan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa kepada Romo Prier. Gelar ini diberikan atas jasa Romo Prier dalam pendidikan musik serta kiprahnya dalam mengembangkan musik-musik daerah di Indonesia.
Selama puluhan tahun, Romo Prier berkolaborasi dengan banyak musisi di berbagai tempat di Indonesia untuk menciptakan lagu-lagu rohani dengan sentuhan etnik. Kiprah Romo Prier dengan kepeduliannya terhadap musik daerah adalah sebuah tamparan autokritik dan reflektif bagi kita semua.
Ini bukan hanya persoalan partikularitas dalam bidang seni. Dunia Barat sebagai kiblat dalam banyak hal adalah salah satu persoalan hegemoni di Indonesia. Karena terlalu over mengagumi dunia Barat, kita menjadi tidak memiliki kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa.
Sosok Romo Prier hadir sebagai orang asing yang justru mengagumi musik-musik daerah di Indonesia. Ada orang asing yang justru memedulikan, melestarikan, dan mengembangkan musik-musik daerah di Indonesia.
Tahun 1980-an, Romo Prier memutuskan untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Cita-cita awal Prier muda adalah menjadi seorang misionaris. Prier muda masuk Serikat Yesus di Jerman dengan harapan menjadi seorang misonaris di Eskimo. Akan tetapi, rencana Tuhan berbeda dengan kehendak manusia. Indonesia menjadi tempat berkarya Prier muda.
Tahun 1964, Prier muda datang ke Indonesia. Pada tahun 1969, dia menerima tahbisan imam dalam Gereja Katolik.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.