Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bila Obesitas, Pakar Unair: Anak Berisiko Sakit Jantung dan Diabetes

Kompas.com - 26/05/2023, 10:47 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Tidak hanya pada orang dewasa, obesitas bisa terjadi pada anak-anak. Obesitas anak menimbulkan risiko sindrom metabolik saat menginjak usia remaja pada rentang 13 hingga 18 tahun.

Risiko tersebut berpotensi menderita infeksi penyakit sindrom metabolik. Yaitu, risiko penyakit kencing manis (diabetes melitus), penyakit kelainan jantung (jantung koroner), kolesterol tinggi (hiperkolesterol), hingga darah tinggi (hipertensi).

Baca juga: Siswa SD hingga SMA Libur Sekolah pada 1-4 Juni 2023, Ini Infonya

Pakar Kedokteran Anak Unair, Nuril Widjaja mengungkapkan telah ada penelitian pada remaja usia 13-18 tahun di Surabaya dan Sidoarjo.

Hasilnya, 52 persen remaja obesitas mengalami obesitas berisiko sindrom metabolik.

Multifaktor mempengaruhi obesitas. Misalnya, lingkungan, gaya hidup (sedentary lifestyle), kelainan perubahan fisiologi tubuh, kelainan metabolisme, dan psikologi.

Genetik juga memainkan peran penting dalam terjadinya penurunan obesitas kepada anaknya.

"Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki riwayat obesitas. Maka, risiko menjadi obesitas pada anak menjadi lebih besar," kata dia mengutip laman Unair, Jumat (16/5/2023).

Tanda gejala klinis jika anak mengalami obesitas adalah wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada membusung, payudara membesar. Postur badan juga mengalami pembesaran.

"Ditandai dengan perut buncit dan dinding perut membulat. Anak tampak tembem dengan muka membulat, tampak penumpukan lemak di perut, paha, dan lengan," tutur dia.

Dosen Fakultas Kedokteran Unair ini mengatakan upaya pencegahan obesitas dapat sesuai rentang umur anak.

Untuk usia 0-2 tahun dapat menggunakan ASI eksklusif, paling penting usia 6 bulan tidak boleh menunda pemberian MPASI juga melakukan pengaturan pola makan secara tepat.

"Atur jadwal makan sesuai feeding rules 3 kali makanan utama, 2 kali snack, dan 5-6 kali susu formula atau ASI untuk usia 6-8 bln," kata dia.

Baca juga: Siswa Kelas 2 SD Tewas di Sukabumi, Kemendikbud Minta Kasus Ini Dibuka Jelas

Sedangkan usia 9-11 bulan ASI atau sufor hanya 4-5 kali sehari dan saat usia 12 bulan ke atas, maka ASI atau sufor hanya diberikan 3-4 kali dalam sehari.

Apabila anak mendapat susu formula, pemberian susu formula harus beserta MPASI saat usia 6 bulan. Jangan membiasakan anak minum susu formula melebihi 600-700 cc dalam sehari saat anak berusia 6 bulan ke atas.

"Saat anak usia 2-5 tahun konsumsi serat lebih banyak dari usia kurang dari 2 tahun, usia lebih dari 5 tahun karena sel-sel lemak sudah mulai tumbuh pesat maka konsumsi serat harus lebih banyak," tegas dia.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com