DI TENGAH berbagai keterbatasan, terutama dalam mengupayakan pendidikan yang lebih baik dan berkualitas, upaya meningkatkan kapasitas masyarakat harus terus dilakukan. Antara lain dengan membudayakan literasi.
Agenda penting dan strategis karena literasi dapat menjadi ‘suplemen’, terutama bagi generasi muda dalam memperluas wawasan dan menambah pengetahuan.
Budaya literasi meliputi segala usaha satu komunitas masyarakat yang berkaitan erat dengan kegiatan membaca dan menulis. Adapun komponen utama dalam pembentukan budaya literasi adalah kegiatan membaca, menulis dan berpikir kritis.
Budaya literasi yang di satu negara atau daerah selalu berbanding lurus dengan kemajuan masyarakatnya, karena dapat menerbitkan pemahaman kolektif yang lebih objektif terhadap realitas sosial, hingga berujung pada tindakan warga yang kontributif.
Jepang, misalnya, mampu menjadi negara maju, karena masyarakatnya memiliki budaya literasi yang tinggi. Hal itu dapat terjadi karena ditunjang oleh perhatian atau upaya serius dari pemerintah Negeri Sakura itu, menjadikan literasi sebagai satu tradisi.
Di Jepang ada tradisi membaca 10 menit sebelum masuk kelas bagi siswa di sekolah. Ada pula pula gerakan ‘20 minutes reading of mother and child’, yaitu gerakan mewajibkan ibu mengajak anaknya membaca selama 20 menit sebelum mereka tidur.
Juga budaya Tachiyomi atau membaca gratisan di toko buku sambil berdiri. Buku-buku baru yang dipajang di rak, di Indonesia biasanya di segel plastik, di Jepang sengaja dibiarkan terbuka agar pengunjung mudah melakukan Tachiyomi.
Wajar kemudian membaca menjadi perilaku keseharian warga Jepang. Begitu pentingnya buku dalam membangun budaya literasi, berkontribusi atau menjadikan warganya secara kolektif lebih berdaya, mampu mengelola setiap potensi yang dimiliki.
Soal budaya literasi Jepang tidak sendiri. Finlandia, Swedia, Belanda, Australia, dan sejumlah negara lainnya, bisa maju karena warganya ada dalam budaya literasi yang baik. Menjadikan negara-negara itu ada dalam peradaban yang lebih maju.
Semua itu karena pemerintahnya memiliki visi dan perhatian yang besar terhadap kemampuan literasi warganya, di antaranya dengan memudahkan akses terhadap literasi. Disadari bahwa untuk membangun budaya literasi, sangat terkait dengan akses terhadap bahan literasi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.