Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senang Bersekolah, Siswa di Inggris Jarang Diberi PR

Kompas.com - 04/05/2023, 12:06 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Mahasiswa Doktoral bidang Pendidikan di University of Leeds Inggris asal Indonesia, Corry Caromawati berbagi praktik baik sekolah menyenangkan di Inggris.

Salah satu praktik baik yang menurutnya membuat siswa-siswa di Inggris menikmati sekolah ialah guru jarang memberikan PR.

Ibu dua anak tersebut menuturkan, anaknya yang mengenyam pendidikan sekolah dasar di Inggris hanya mendapatkan pekerjaan rumah satu kali seminggu.

Itupun PR-nya adalah membaca buku sesuai kemampuan literasi siswa.

Baca juga: Plus Minus PR Dihapus bagi Siswa SD-SMP, Ini Pandangan Akademisi

Sekolah memberikan PR, tetapi sedikit sekali. Mereka fokus pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Anak-anak di dorong belajar sebanyak mungkin di sekolah, sehingga di rumah lebih rileks,” ucap Corry dalam Webinar Berbagi Praktik Baik di UK dan Indonesia yang diselenggarakan Doctrine UK dan Kelas Kreatif Indonesia, Selasa (2/5/2023).

Selain PR yang tidak terlalu banyak, salah satu keunggulan sistem pembelajaran di Inggris adalah para siswa diberikan kebebasan untuk berpendapat dan berekspresi.

“Anak-anak diberikan hak untuk bersuara, mereka tidak dilarang untuk kritis berpendapat. Selain itu, mereka diajarkan menghargai perbedaan agama, ras, tanpa didoktrin oleh sekolah,” ujar Corry.

Di kesempatan yang sama, mahasiswa Doktoral bidang Pendidikan di University of Manchester, Desmaliza menuturkan bahwa guru memberikan PR lebih banyak kepada para siswa mulai jenjang sekolah menengah.

Namun, lagi-lagi PR-nya bukan yang bersifat hafalan.

Baca juga: Pemkot Surabaya Hapus PR Siswa SD-SMP, Apa Gantinya?

Putranya yang sedang menempuh kelas 10 pendidikan menengah, tutur dia, mendapatkan PR yang bersifat project based learning atau pembelajaran berbasis proyek.

Orangtua diberikan aplikasi untuk memantau apakah putra-putrinya sudah mengerjakan PR, dan sejauh mana capaian mereka,” ujarnya.

Desmaliza yang sedang melakukan penelitian tentang praktik pendidikan menengah di Indonesia menuturkan bahwa siswa di Indonesia cenderung takut berbicara dan berbeda pendapat karena guru yang kurang bersikap terbuka terhadap kritik.

“Hardiknas ini harus jadi momentum untuk seluruh pendidik memperbaiki diri, para guru harus mau menanggapi pendapat, kritik, dan pertanyaan dari para muridnya dengan lebih sabar dan terbuka,” ucapnya dalam webinar yang digelar oleh Klaster Education Doctrine-UK keilmuan bersama Kelas Kreatif Indonesia dan dihadiri oleh para guru, dosen, penggiat pendidikan di sejumlah provinsi di Indonesia dan Inggris.

Dalam webinar tersebut, sejumlah anak Indonesia yang sedang bersekolah di tingkat dasar dan menengah juga memberikan testimoni pengalaman bersekolah di Inggris.

Sebagian anak menuturkan mereka senang bersekolah di Inggris sebab PR-nya jauh lebih sedikit dibanding sekolah di Indonesia.

Baca juga: Syarat Daftar Beasiswa Pendidikan Indonesia BPI 2023 Jenjang S1-S3

Guru asal Indonesia yang hadir dalam kesempatan tersebut, Yais Gumbira Buanawaty (Guru SD Gagas Ceria Bandung) menuturkan, saat ini sekolahnya pun sudah tidak membebani para siswa dengan PR.

Para guru menerapkan kurikulum Merdeka Belajar yang memberikan keleluasaan untuk anak belajar.

“Sekolah kami juga lebih banyak memberikan pembelajaran melalui project based learning, dan memperbanyak kegiatan di luar kelas agar anak tidak jenuh,” ucap penggiat Kelas Kreatif tersebut. Ia berharap seluruh sekolah di Indonesia menerapkan pembelajaran yang lebih menyenangkan untuk para peserta didik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com