Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Syafbrani ZA
Penulis dan Konsultan Publikasi

Penulis Buku diantaranya UN, The End..., Suara Guru Suara Tuhan, Bergiat pada Education Analyst Society (EDANS)

Mencari Sumber Keteladanan Mencegah Anak Tawuran

Kompas.com - 28/03/2023, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENJELANG Ramadhan tahun ini, Polres Metro Jakarta Selatan mempublikasikan setidaknya ada 17 lokasi rawan tawuran yang ada di wilayahnya.

Kemudian, untuk menghindari insiden yang tidak diinginkan, masyarakat dihimbau agar tidak melakukan aktivitas Sahur on The Road (Kompas.com, 20/03/2023)

Membaca berita tersebut memberikan ingatan kepada penulis terkait pesan salah satu grup whatsapp. Di grup itu, kami mendapat kiriman foto dari salah seorang guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Foto tersebut merupakan halaman depan dari tayangan power point yang akan dipaparkannya pada kegiatan ‘teacher in house training’ di salah satu sekolah menengah pertama.

Tema yang tertulis di foto itu sangat menarik dan apik: “Strategi Pembelajaran menghadapi Degradasi Moral Peserta Didik.”

Sekolah tersebut sungguh sangat cekatan. Jeli melihat keadaan. Meskipun acara tersebut dilaksanakan jauh sebelum hadirnya Bulan Ramadhan. Dan, meskipun sebenarnya beberapa laporan terkait keberadaan anak atau siswa dalam ketegori aman-aman saja.

Rapor Pendidikan yang telah dikeluarkan Kemendikbud Ristek atas hasil Asesmen Nasional untuk Iklim Keamanan Sekolah berkategori aman baik untuk tingkat SMP/sederajat maupun SMA/sederajat.

Kemendikbud Ristek mendefinisikan Iklim Keamanan Sekolah sebagai tingkat rasa aman dan kenyamanan murid dari hal rasa aman di sekolah, perundungan, hukuman fisik, pelecehan seksual, dan aktivitas narkoba di lingkungan sekolah. Tingkatannya dibagi menjadi tiga, yakni aman, waspada, dan rawan.

Selain itu, salah satu kesimpulan dari publikasi Indeks Kualitas Keluarga (IKK) tahun 2020 yang dilakukan Kemen PPPA dengan Badan Pusat Statistik menyatakan seluruh nilai IKK per provinsi berkategori kualitas keluarga yang cukup responsif gender dan hak anak. Aman juga.

Memang, kompleksitas permasalahan pendidikan tidak cukup dijadikan resume yang ditulis secara universal. Termasuk intervensi kebijakannya, tidak cukup hanya mengandalkan kesimpulan-kesimpulan yang juga masih universal. Harus ada rekaman dan tindak lanjut yang spesifik.

Kita yakin rasa khawatir akan fenomena degradasi moral anak telah dirasakan oleh hampir semua orangtua, termasuk sekolah dan guru.

Apalagi di era disrupsi yang semakin menguatkan eksistensinya bahwa benar saja tidak cukup. Harus ada daya topang yang kuat, yaitu dukungan. Semakin banyak dukungan, semakin kuat kecenderungan untuk menjadi ‘benar.’

Ditambah lagi dengan sikap alamiah peserta didik yang notabene masih berkategori anak atau remaja. Tanpa pikir panjang mereka akan mudah terbawa arus untuk ikut-ikutan.

Tidak cukup sampai di sini. Derasnya arus informasi yang datang silih berganti terus hadir di gadget yang selalu mereka genggam.

Oleh karena itu, tanpa harus menunggu lama sesuatu yang sedang trendi akan dengan mudah dan cepat menyusup ke perilaku keseharian mereka. Lagi-lagi, terlepas apakah itu benar atau salah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com