Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Imam Farisi
Dosen

Dosen FKIP Universitas Terbuka

Rendahnya Performa Kemanfaatan dan Rekognisi Hasil Kerja Dosen

Kompas.com - 14/03/2023, 16:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEJUMLAH ikhtiar dilakukan Kemdikbudristek untuk memajukan sistem pendidikan di tanah air dengan memberlakukan sejumlah kebijakan baru. Salah satunya adalah kebijakan Indikator Kinerja Utama (IKU).

Kebijakan ini mengukur performa atau kinerja perguruan tinggi negeri (PTN) dalam mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang ditetapkan di dalam IKU.

Selain itu, IKU juga merupakan salah satu mekanisme atau jalur pendanaan tambahan bersumber APBN dari Kemendikbudristek ke PTN berbasis Kontrak Kerja.

Capaian IKU-PTN 2020

IKU-PTN terdiri dari delapan indikator, yaitu: Lulusan Mendapat Pekerjaan yang Layak (IKU-1); Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus (IKU-2); Dosen Berkegiatan di Luar Kampus (IKU-3); Praktisi Mengajar di Dalam Kampus (IKU-4); Hasil Kerja Dosen Digunakan oleh Masyarakat dan mendapatkan rekognisi internasional (IKU-5); Program Studi Bekerjasama dengan Mitra Kelas Dunia (IKU-6); Kelas yang Kolaboratif dan Partisipatif (IKU-7); dan Program Studi Berstandar Internasional (IKU-8).

Rerata capaian IKU-PTN 2020 telah dipublikasikan pada laman Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) (https://pddikti.kemdikbud.go.id/).

Dari delapan IKU tersebut, secara berurutan dari rerata capaian tertinggi hingga terendah adalah: IKU-2 = 161,81 persen; IKU-1 = 57,35 persen; IKU-6 = 57,49 persen; IKU-4 = 42,23 persen; IKU-7 = 38,48 persen; IKU-3 = 21,58 persen; IKU-5 = 6,14 persen; dan terendah adalah rerata capaian IKU-8 = 5,34 persen.

Menarik mencermati capaian IKU-5 terkait kinerja PT dalam meningkatkan kualitas dosen. Kinerja diukur dari hasil bagi antara “jumlah keluaran penelitian yang mendapatkan rekognisi internasional atau digunakan oleh industri/masyarakat/pemerintah” dengan “total jumlah dosen tetap”.

Target yang ditetapkan adalah 0,15 untuk jenis dan jalur PTN-BH Akademik dan PTN-BLU (Akademik, Vokasi, dan Seni Budaya), serta 0,10 untuk semua jenis dan jalur PTN-Satker (Akademik, Vokasi, dan Seni Budaya).

Kategori keluaran penelitian mencakup karya tulis ilmiah (jurnal ilmiah, buku akademik, book chapter, karya rujukan, studi kasus, dan laporan penelitian untuk mitra); karya terapan (produk fisik, digital, algoritma, invensi); dan karya seni (visual, audio, audio-visual, pertunjukan).

Setiap kategori keluaran penelitian memiliki kriteria rekognisi internasional, dan penerapannya di masyarakat masing-masing.

Dari 75 PTN yang diukur 65 (90 persen) PTN mencapai target yang ditetapkan, atau hanya 10 (13,33 persen) PTN yang tidak mencapai target, dengan rerata capaian total 6,14 persen.

Capaian ini berarti hanya 6,14 persen dari hasil kerja dosen yang telah digunakan oleh masyarakat atau telah mendapatkan rekognisi internasional.

Dibandingkan dengan tujuh IKU yang lain, rerata capaian total IKU-5 sebesar 6,14 persen masih sangat rendah, dan merupakan target terendah kedua setelah IKU-8.

Dengan capaian tersebut, maka jumlah keluaran penelitian yang mendapatkan rekognisi internasional atau digunakan oleh industri/masyarakat/pemerintah belum/tidak sebanding dengan jumlah dosen tetap di 75 PTN yang diukur.

Bisa juga diartikan bahwa jumlah dosen yang memiliki keluaran penelitian yang mendapatkan rekognisi internasional atau digunakan oleh industri/masyarakat/pemerintah masih sangat sedikit, dan secara statistik mencapai angka 93.86 persen.

Bagaimana PTN QS-WUR?

Idealnya, rasio antara jumlah keluaran penelitian yang digunakan oleh industri/masyarakat/pemerintah dengan total jumlah dosen adalah 1:1.

Namun, untuk mencapai rasio tersebut merupakan pekerjaan berat dan menjadi permasalahan hampir semua PT (PTN/PTS) di Indonesia.

Jika mengacu pada data SINTA 2020, jumlah publikasi ilmiah dosen terindeks Scopus (Q1 hingga Non-Q) sebanyak 53.144 artikel atau hanya 20,38 persen dari total dosen.

Jumlah Buku yang diterbitkan (nasional/internasional) sebanyak 21.675 buku atau hanya 8.31 persen dari total dosen.

Jumlah karya terapan yang memperoleh Paten Nasional sebanyak 15.839 karya atau hanya 0,06 persen dari total dosen. Jumlah pengabdian kepada masyarakat (PkM) sebanyak 48.682 PkM atau 18.67 persen dari total dosen.

Rendahnya persentase jumlah dosen yang memiliki keluaran penelitian yang mendapatkan rekognisi internasional atau digunakan oleh industri/masyarakat/pemerintah juga dialami oleh 12 PTN yang masuk dalam universitas klas dunia versi QS World University Ranking (QS-WUR).

Perguruan tinggi tersebut, yakni Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga (UA), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Andalas (UNAND), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Universitas Sumatera Utara (USU).

Tidak semua PTN QS-WUR bisa mencapai rasio 1:1 untuk IKU-5. Untuk target publikasi bereputasi/terindeks global, hanya dicapai oleh enam PTN, yaitu ITB, ITS, UA, UNDIP, UNHAS, dan UI, dengan rerata pencapaian 136.42 persen dan rerata total capaian 107,54 persen.

Untuk riset, hanya dicapai oleh UA dengan pencapaian 295,14 persen dan rerata total capaian hanya 70,27 persen.

Untuk PkM, hanya dicapai oleh UGM dan UNS, dengan pencapaian rerata 136,30 persen dengan rerata total capaian 46,46 persen.

Untuk Paten, tak ada satupun PTN yang mencapai target (0 persen) dengan rerata total capaian 24,92 persen; dan untuk publikasi buku, hanya dicapai oleh empat PTN, yaitu UA, UNAND, UNPAD, dan UNS, dengan rerata pencapaian 153,79 persen dan rerata total capaian 92,96 persen.

Beberapa permasalahan

Mencermati data pencapaian IKU-5 di atas, memang cukup ironis jika dibandingkan dengan performa PT secara nasional dalam produktivitas publikasi bereputasi global/internasional.

Data Scopus memperlihatkan jumlah publikasi bereputasi dosen Indonesia mengalami pertumbuhan eksponensial antara 2016—2021 yang mencapai 366,44 persen.

Hal ini juga telah menaikkan ranking Indonesia dalam jumlah publikasi bereputasi periode 2014—2021 dari ranking 50 menjadi ranking 21 (Dunia); dari ranking 11 menjadi ranking 5 (Asia); dan dari ranking 4 menjadi ranking 1 (ASEAN).

Jika formula penghitungan IKU-5 tetap seperti saat ini, yaitu “jumlah keluaran penelitian yang mendapatkan rekognisi internasional atau digunakan oleh industri/masyarakat/pemerintah” dibagi “total jumlah dosen tetap”, ada sejumlah kendala yang memungkinkan target tersebut sangat sulit dan perlu kerja ekstra untuk mencapainya.

Mengacu pada Pedoman Operasional Penetapan Angka Kredit (PO-PAK) dan Beban Kerja Dosen (PO-BKD) 2021, keluaran penelitian berupa karya ilmiah, paten, dan karya seni/desain yang mendapatkan rekognisi global/internasional sangat sulit (untuk tidak mengatakan tidak mungkin).

Untuk keluaran penelitian berupa karya ilmiah yang disyaratkan dan diwajibkan bagi dosen dengan jabatan akademik Lektor, Lektor Kepala dan Profesor, atau dosen untuk naik loncat jabatan, hanya memiliki potensi ketercapaian sebesar 44.24 persen dari total dosen.

Keluaran penelitian berupa paten nasional (paten dan paten sederhana), dan karya seni/desain yang disyaratkan dan diwajibkan bagi dosen dengan jabatan akademik Lektor Kepala dan Profesor bahkan lebih kecil, dengan potensi ketercapaian hanya sebesar 14,27 persen dari total dosen.

Potensi tinggi hanya dimungkinkan untuk keluaran penelitian berupa buku (akademik, rujukan) terindeks global/internasional, dipublikasikan oleh penerbit internasional, disusun bersama penulis internasional dan/atau digunakan oleh industri/masyarakat/pemerintah.

Keluaran penelitian jenis ini bisa dilakukan oleh semua jabatan akademik dosen. Persoalan yang tampaknya akan menjadi tantangan utama yang perlu dicarikan solusinya oleh para dosen dan afiliasinya adalah yang terkait dengan bagaimana membangun jejaring dan kolaborasi internasional secara personal maupun institusional.

Data Scopus menunjukkan total buku yang sudah diterbitkan (tanpa memperhatikan kriteria) hingga tahun 2023 baru mencapai 140.739 buku atau hanya 53.97 persen dari total dosen di seluruh PT.

“Hilirisasi” hasil penelitian (Nasir, 2015) yang memungkinkan keluaran penelitian dapat dimanfaatkan/digunakan oleh industri/masyarakat/pemerintah tampaknya masih lebih pada tataran konseptual.

Di mana proyek pengabdian kepada masyarakat (PkM) belum/tidak sepenuhnya merupakan sebuah proyek terintegrasi antara projek penelitian (HULU) dan projek PkM (HILIR).

Hal ini bisa dilihat pada sinkronisasi antara jumlah penelitian dan PkM secara nasional. Secara nasional, jumlah penelitian sebanyak 389.347 proyek/judul dan jumlah PkM sebanyak 209.999 proyek/judul.

Belum bisa dipastikan pula apakah proyek PkM tersebut merupakan tindak lanjut atau hilirisasi proyek penelitian, atau merupakan proyek PkM an-sich.

Penting untuk menelisik kembali kaitan timbal-balik antara penelitian dan PkM. Bahwa PkM dilaksanakan “berbasis penalaran dan karya penelitian” (Pasal 5.d UU no. 12/2012).

Memahami kaitan timbal-balik antara keduanya menjadi sangat penting, mengingat PT (dan pemerintah) memiliki komitmen yang sangat besar untuk turut serta secara aktif dalam menerapkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni terutama dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat dan memajukan kesejahteraan bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com