Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gandeng BPDPKS, AII Hilirisasi 13 Teknologi Hasil Riset GRS

Kompas.com - 09/03/2023, 21:01 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Asosiasi Inventor Indonesia (AII) berkolaborasi dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berhasil melakukan hilirisasi 13 teknologi hasil riset kelapa sawit lewat Program Grand Riset Sawit (GRS) periode 2015-2021.

"Dari 49 invensi, AII menilai ada 19 invensi yang potensial untuk ditindaklanjuti secara mendalam termasuk technology readiness level (TRL)-nya," ungkap Ketua Umum AII, Prof. Didiek Hadjar Goenadi melalui rilis resmi(9/3/23).

Berkat keberhasilan itu, AII kembali dipercaya BPDPKS melakukan valuasi dan komersialisasi 49 invensi GRS-BPDPKS periode 2015-2015. Proses valuasi sudah dilakukan sejak Oktober 2022 hingga Oktober 2023.

Prof. Didiek menyebut ada 7 dari 13 invensi yang dinilai layak dikomersialisasikan berhasil menggaet investor. Tujuh invensi tersebut telah mendapat letter of intent (LoI) atau surat minat dari pihak industri.

Tujuh invensi itu, disebutkan, antara lain teknologi produksi pupuk bio SilAc; teknologi produk makanan dan minuman menggunakan emulsifier mono-diasil gliserol; serta teknologi produksi furfural dan asam levulinat dari biomassa sawit dan teknologi smart machine vision berbasis pencitraan multi-spektral untuk sortasi dan grading tandan buah segar kelapa sawit.

Selain itu masih ada invensi terkait teknologi produksi bioplastik dari TKKS; teknologi sintetis, formulasi dan aplikasi foaming agent dari minyak sawit untuk pemadan kebakaran; dan teknologi lemak calcium sebagai suplemen pakan ternak sapi perah.

"Untuk sisa 6 teknologi hasil riset yang telah mencapai TRL>=7, namun belum berhasil mendapat surat minat dari industri akan dimasukkan dalam materi riset yang akan difasilitasi komersialisasinya pada tahap selanjutnya," ucapnya.

Soal 38 invensi yang divaluasi tahun ini, lanjut Prof. Didiek, ada 19 invensi dinilai layak dikomersialisasi dan 19 invensi lain masih memerlukan kajian mendalam oleh para inventornya, terutama menyangkut analisis tekno ekonomi, efisiensi proses produksi dan juga kesiapan teknologinya (TRL).

Disebutkan, 19 invensi yang akan divaluasi mencakup aspek-aspek lingkungan, seperti pemanfaatan limbah (10 invensi), produk baru berbasis minyak sawit (5), pasca panen (3) dan budidaya (1).

Baca juga: Produk dari Limbah Kotoran Sapi Ini Hasil Inovasi Tim Riset ITB

Proses valuasi dilakukan tim ahli AII yang memiliki kepakaran dalam komoditi kelapa sawit. Sehingga hasilnya bisa dipercaya. Invensi yang sudah dapat calon mitra pun akan dikawal AII agar proses komersialisasinya berlangsung lancar.

"Hal itu selaras dengan kerja dari AII, yaitu mempertemukan inventor dengan kalangan Industri; membina para calon inventor; dan promosi strategis kegiatan inventor," tutup Prof. Didiek.

Dari peremajaan sawit rakyat hingga beasiswa

Hadir dalam kesempatan itu, Direktur Penyaluran Dana BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim dan Direktur Kemitraan BPDPKS, Kabul Wijayanto.

Zaid Burhan Ibrahim menyebut, dana yang dikelola lembaganya pada 2023 mencapai Rp 5,4 triliun. Dana tersebut bisa bertambah hingga Rp 51 triliun seiring dengan meningkatkan ekspor sawit. Sedangkan tahun lalu, dana yang dikelola sebesar Rp 35 triliun.

Dana itu dari pungutan ekspor kelapa sawit itu digunakan untuk peremajaan sawit rakyat, selisih insentif biodisel, pengembangan SDM berupa beasiswa anak petani buruh sawit.

"Dananya bukan untuk perusahaan, tetapi keluarga petani buruh sawit. Dana peremajaan sawit rakyat diberikan Rp 30 juta per hektar, dimana maksimal 4 hektar per orang. Untuk peremajaan itu saja butuh dana hingga Rp5,4 triliun per tahun," ucap Zaid.

Kegiatan lainnya adalah penelitian dan pengembangan dengan proposal penelitian mencapai 115 per tahun. Jumlah itu hasil seleksi dari 738 proposal usulan. Program terbesar untuk mandatori biodiesel.

Baca juga: STP Trisakti Perkuat Program Double Degree Internasional lewat Magang dan Riset Kolaborasi

"Kelapa sawit mendapat perhatian besar, karena volume ekspornya terbesar di dunia. Jadi harus diperhatikan keberlanjutannya. Jika tidak, dikhawatirkan akan redup seperti halnya komiditi cengkeh, kopi dan kakau di masa lalu," pungkas Zaid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com