KOMPAS.com - Kebakaran hebat terjadi di kawasan Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, pada Jumat (3/3/2023).
Akibat kejadian tersebut menyebabkan 19 orang meninggal dunia, lebih dari 50 orang luka-luka, dan ratusan orang lainnya mengungsi.
Baca juga: Masuk Sekolah Pukul 05.00 Pagi di NTT, Kemendikbud: Kami Akan Lindungi Siswa
Dari kunjungan ke lokasi kejadian Minggu (5/3/2023), Presiden Joko Widodo meminta Menteri BUMN, Erick Thohir dan Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono segera mencari solusi dari kejadian di Plumpang.
Presiden Jokowi menegaskan lokasi Depo Pertamina Plumpang sebagai zona berbahaya dan tidak bisa lagi untuk ditinggali.
Memang dua pilihan yang kemungkinan akan ditempuh pemerintah sebagai solusi atas permasalahan.
Bisa dengan melakukan relokasi Depo Pertamina Plumpang atau relokasi pemukiman warga secara tepat dan cepat.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Fahmy Radhi mengungkapkan dalam proses pengambilan keputusan terkesan mengemuka pendapat bahwa jatuhnya korban adalah kesalahan penduduk tinggal di daerah buffer zone yang diklaim milik Pertamina.
Hampir tidak mengemuka pendapat yang mempertanyakan mengapa kebakaran dahsyat terjadi?.
"Tentunya kalau kebakaran itu tidak terjadi maka tidak ada korban berjatuhan. Faktanya, kebakaran itu berawal dari Depo Pertamina Plumpang yang menyambar sejumlah rumah penduduk," ucap dia mengutip laman UGM, Senin (6/3/2023).
Fahmy berpendapat kebakaran yang ketiga kali di Depo Pertamina Plumpang maupun kilang minyak Pertamina mengindisikan bahwa sistem keamanan amat buruk.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.