Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Unpad: Pentingnya Deteksi Dini Thalasemia bagi Pasangan Pranikah

Kompas.com - 21/02/2023, 17:19 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Thalasemia adalah kelainan darah bawaan yang ditandai oleh kurangnya protein pembawa oksigen (hemoglobin) dan jumlah sel darah merah dalam tubuh yang kurang dari normal.

Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Ani Melani Maskoen mengatakan, thalasemia merupakan masalah dunia, termasuk di Indonesia.

Hingga saat ini penyakit tersebut belum dapat disembuhkan dan dapat menimbulkan masalah mediko-psiko-sosial yang tinggi. Namun dengan tata laksana yang baik, usia harapan hidup dapat lebih tinggi.

Kolaborasi antardisiplin ilmu sangat penting untuk mengatasi permasalahan thalasemia di Indonesia.

Baca juga: 5 Keuntungan Kuliah Jurusan Agribisnis, Mau Daftar di SNBP-SNBT 2023?

Prof. Ani menerangkan, untuk mengatasi permasalahan thalasemia di Indonesia, perlu adanya pemahaman masyarakat mengenai penyakit tersebut. Sehingga,  edukasi ke masyarakat perlu dilakukan secara gencar.

"Mungkin masyarakat juga belum mengenal apa itu thalasemia dan memang harus lebih gencar menginformasikan tentang penyakit ini dan pewarisannya," terang Prof. Ani seperti dikutip dari laman Unpad, Selasa (21/2/2023).

Pentingnya deteksi dini thalasemia

Prof. Ani menekankan pentingnya pencegahan dan deteksi dini thalasemia. Ia menilai penting adanya skrining bagi calon pasangan suami istri untuk mengetahui kemungkinan adanya gen pembawa thalasemia.

Atau kemungkinan akan lahirnya anak dengan penyakit kelainan sel darah merah tersebut.

Prof. Ani menambahkan, selain itu diperlukan juga adanya konseling genetik pada pasangan pranikah dari populasi berpotensi tinggi.

Baca juga: 19 Jurusan Sepi Peminat dan Daya Tampung Unhas di SNBP 2023

Diagnosis prenatal juga perlu dilakukan pada pasangan berisiko tinggi. Menurut Ani, pasangan berisiko tinggi yaitu mereka yang terjaring pada pemeriksaan premarital dan pasangan yang sudah memiliki anak thalasemia.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 10-11 minggu dengan pemeriksaan molekuler.

"Jadi hanya pemeriksaan molekuler yang bisa memeriksa prenatal tersebut," beber Prof. Ani.

Thalasemia berat biasanya gejalanya dapat dikenali saat bayi, diantaranya lemas dan kondisi kesehatan yang menurun.

Baca juga: Seleksi Beasiswa ITS Dibuka, Bisa Bebas Biaya SPI dan SPA

Sementara pembawa sifat biasanya menunjukkan gejala ringan atau tidak menunjukkan gejala sama sekali.

"Ini bisa diketahui bahwa dia pembawa hanya melalui skrining di laboratorium," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com