Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 08/02/2023, 09:16 WIB

KOMPAS.com - Sekitar pukul 03.00 pagi waktu Turkiye, Hammam Ishthifaulloh, mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di Tukiye itu terbangun. Karena masih amat pagi, Hammam berkeinginan untuk tidur lagi, tapi ada firasat untuk mengurungkan niatnya tersebut.

Ia tak menyangka, pukul 04.00 pagi waktu Turkiye terjadi gempa Turkiye bermagnitudo 7,8. Saat gempa terjadi, Turkiye sedang dalam kondisi hujan musim dingin. Aliran listrik langsung mati seketika.

"Waktu itu mulai terasa gempa sekitar 04.00. Kami semua langsung keluar dari apartemen. Teman saya bahkan tidak sempat mengambil kacamatanya. Jadi sepanjang keluar dari apartemen, ia terkena luka karena tersandung beberapa kali, tidak kelihatan karena minus," kata Hammam, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/2/2023).

Baca juga: Berkaca Gempa Turki, Dosen UGM: Masyarakat Harus Paham Evakuasi Mandiri

Apartemen hancur hingga kekurangan logistik

Saat itu, Hammam bersama temannya tinggal di apartemen daerah Kota Kahramanmaras. Karena sedang masa libur kuliah. Tidak banyak mahasiswa yang ada di apartemen maupun di kampus.

Tak cukup waktu lama setelah gempa terjadi, apartemen yang ia huni bersama 3 orang temannya hancur. Beruntung, 2  orang teman lainnya tidak sedang berada di lokasi saat gempa terjadi pada Senin (6/2/2023).

Hammam mengatakan, ia hanya bisa menatap apartemennya yang hancur. Tak ada barang yang bisa ia bawa. Tinggal baju yang ia pakai seadanya.

"Kami hanya bisa menunggu, sampai lama. Hingga ada ambulans lewat dan mengantar kami ke rumah sakit. Tapi kami tidak lama di sana karena luka teman saya ringan," tambah Hammam, yang juga ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki Kahramanmaras.

Karena belum menemukan tempat untuk evakuasi, Hammam memutuskan kembali ke kampus Kahramanmaras Sutcu Imam Universitesi untuk mengungsi.

Baca juga: Kuliah S1 Gratis di Turki, Ini Cerita Salma Dapatkan Beasiswa Turkiye Burslari

Sebetulnya, tempat Hammam dan ribuan warga Turkiye mengungsi itu bukan tenda resmi pemerintah, karena bantuan dari pemerintah belum tiba di lokasi pagi itu.

Para warga saling menolong dan Hammam sempat diberikan baju ganti dan makanan. Meski pakaian yang diterima masih belum cukup menghangatkan badan Hammam di tengah dinginnya suhu Turkiye kala itu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+