Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Imam Farisi
Dosen

Dosen FKIP Universitas Terbuka

Peran Pendidikan Jarak Jauh Era Transformatif

Kompas.com - 27/01/2023, 13:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Unicef mengakui bahwa program remote learning yang dilaksanakan pada saat covid-19 juga bukan modus pembelajaran yang ideal, karena tidak didesain secara sistemik dan tidak didukung oleh ketersediaan dan kesiapan dukungan teknologi dan infrastruktur pembelajaran yang memadai (UNICEF, 2020c).

Sungguh pun demikian, fakta ini menjadi tantangan bagi institusi PJJ untuk lebih proaktif membantu pemerintah, dan lembaga/institusi pendidikan non-PJJ bagaimana PJJ seharusnya diselenggarakan dan dikembangkan.

Institusi PJJ juga diharapkan dapat lebih memersuasi publik tentang apa, mengapa, dan bagaimana operasional PJJ.

Hal ini penting agar tidak ada klaim bahwa Pendidikan Tatap Muka (PTM) “lebih baik” daripada PJJ. Karena UU Sisdiknas tegas menyatakan bahwa pendidikan nasional diselenggarakan melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh; serta dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

Artinya kedua jenis pendidikan tersebut memiliki kedudukan yang setara sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional Indonesia.

Di era tranformatif ini, pemanfaatan teknologi dalam proses bisnis PJJ diharapkan mampu mengubah pengalaman dan perilaku belajar pebelajar, serta melahirkan pebelajar-pebelajar digital asli (digital native learners).

Yaitu mereka yang menjalani aktivitas belajarnya tidak pernah lepas dari penggunaan beragam jenis perangkat digital.

Stephenson, seorang CEO dan pimpinan AT&T pernah menyatakan, “Orang yang tidak meluangkan waktu lima hingga 10 jam seminggu dalam pembelajaran online/digital akan menjadi usang dengan teknologi” (Wador, 2016).

Studi yang dilakukan oleh EYGL tentang persepsi belajar digital pada mahasiswa di Australia menemukan 64 persen menerima dan menikmati pengalaman belajar secara online (digital).

Bagi mereka, belajar seperti itu sangat memungkinkan untuk dilakukan secara luwes/fleksibel, nyaman karena tidak terikat oleh ruang dan waktu yang ketat, serta sangat mendukung pendidikan berkelanjutan dan seumur hidup (EYGL, 2018).

Cambridge International Global Education Census (13/11/2018), sebuah organisasi pendidikan terkemuka bagian dari Universitas Cambridge di Inggris, juga menemukan bahwa pelajar Indonesia menggunakan teknologi di ruang kelas adalah yang tertinggi secara global (40 persen).

Mereka juga menduduki peringkat kedua tertinggi di dunia dalam penggunaan komputer desktop (54 persen), setelah Amerika Serikat.

Di samping itu, lebih dari dua pertiga siswa Indonesia (67 persen) menggunakan ponsel pintar di kelas, dan bahkan lebih banyak menggunakannya untuk mengerjakan pekerjaan rumah (81 persen) (Cambridge, 2018).

Sangat wajar bila di antara 15 top universitas di dunia dilihat dari jumlah mahasiswa, 6 (enam) di antaranya adalah universitas yang menerapkan PJJ dengan mahasiswa berjumlah 9,397,758 (50.75 persen) (WorldAtlas, 2023).

Di Indonesia, berdasarkan data pada PDDIKTI jumlah mahasiswa PJJ yang terdaftar di Universitas Terbuka berjumlah 1.186.336 mahasiswa atau 18,68 persen dari total 6.348.941 mahasiswa aktif di seluruh perguruan tinggi.

Jumlah ini belum termasuk mahasiswa di PT lain yang menerapkan PJJ seperti Universitas Bina Nusantara (BINUS), Universitas Mercu Buana (UMB), Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), dan Universitas Bina Sarana Informatika (Universitas BSI).

Kehadiran dan peran PJJ di Indonesia menjadi sangat signifikan mengingat jumlah pelajar Indonesia pengguna teknologi sangat tinggi.

Pada era transformatif ini, setidaknya ada tiga peran strategis yang perlu terus dilakukan oleh institusi PJJ.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com