Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Unair: Tahun Politik, Masyarakat Jangan Terseret Isu Pilpres 2024

Kompas.com - 09/01/2023, 18:45 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Sejak tahun lalu, isu pemilihan presiden (Pilpres) 2024 sudah mulai menggema. Bahkan muncul beberapa nama yang akan dijadikan bakal calon presiden.

Tak hanya itu saja, muncul pula polaritas masyarakat akibat adanya rivalitas antara Ganjar Pranowo dengan Anies Baswedan.

Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan digadang-gadang akan menjadi bakal calon presiden di Pilpres 2024. Keduanya mempunyai basis massa yang cukup kuat.

Apalagi melihat rekam jejak mereka yang sama-sama merupakan pemimpin daerah dan alumni dari salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia.

Baca juga: 32 Rektor Perguruan Tinggi DIY Serukan Pemilu Berkualitas dan Bermartabat

Kini, di 2023 merupakan tahun politik yang panas bagi masyarakat Indonesia. Elektabilitas antara Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan cukup tinggi jika dibandingkan dengan nama-nama lain yang sempat ramai di masyarakat.

Melansir laman Universitas Airlangga (Unair), Senin (9/1/2023), Pakar Ilmu Politik Unair Ali Sahab. SIP., MSi., memberikan pandangannya.

Masyarakat tidak perlu terbawa arus politik

Menurutnya, masyarakat tidak perlu terbawa arus politik yang sedang panas-panasnya. Hal itu beralasan karena nama-nama yang muncul di masyarakat saat ini belum tentu akan benar-benar menjadi calon presiden di Pilpres 2024.

"Saya kira kita tidak perlu terbawa arus seperti itu karena belum tentu mereka jadi calon presiden 2024," ujarnya dikutip dari laman Unair.

Ali berpendapat, siapa pun calon presiden yang akan maju boleh melakukan sosialisasi untuk memperkenalkan ide dan gagasannya kepada masyarakat. Sosialisasi tersebut tentu sah-sah saja untuk menarik simpati khalayak.

Baca juga: Pakar Unair Sebut 4 Kiat Bisnis yang Buat Mixue Punya Banyak Cabang

Untuk itulah ia mengimbau agar masyarakat tidak sampai terpecah hanya karena Pilpres.

Menurutnya, masyarakat akan merugi jika perbedaan pilihan dan pandangan politik bisa menyebabkan perpecahan di antara mereka. Ia mengingatkan bahwa dalam politik tidak ada kawan dan lawan yang abadi.

"Saya kira kita rugi kalau sampai gara-gara Pilpres 2024, masyarakat beda pilihan lalu sampai terbelah," terangnya.

"Kita lihat bagaimana Prabowo juga akhirnya masuk kabinet Jokowi. Jadi, tidak ada kawan dan lawan abadi dalam politik, yang ada hanya kepentingan abadi," imbuh dia.

Maka dari itu, ia berharap agar masyarakat memperkuat pendidikan politik sebagai dasar untuk memahami peta politik Indonesia.

Terutama menjelang Pilpres 2024. Tentunya agar masyarakat terhindar dari konflik yang tidak perlu. Atau konflik yang bisa menimbulkan perpecahan masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com