Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satelit Nano Pertama Indonesia Meluncur ke Angkasa, Karya 7 Mahasiswa

Kompas.com - 08/01/2023, 13:31 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Satelit Nano pertama Indonesia berhasil meluncur ke luar angkasa. Surya Satellite-1 (SS-1) yang merupakan karya mahasiswa Indonesia tersebut lepas landas dari International Space Station (ISS) pada Jumat (6/1/2023) pukul 15.03 WIB.

Satelit nano berukuran 10x10x11,35 cm dengan berat 1-1,3 kg dibuat sejak Maret 2016 oleh tujuh orang mahasiswa Surya University yang kini telah menjadi alumni.

Mereka adalah Hery Steven Mindarno, Setra Yoman Prahyang, M Zulfa Dhiyaulfaq, Suhandinata, Afiq Herdika Sulistya, Roberto Gunawan, dan Correy Ananta Adhilaksma.

Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?

Pembuatan SS-1 dimulai pada 2016 silam, diawali dengan Workshop Ground Station bersama Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI). Mockup model satelit pun rampung pada tahun 2018 dengan misi komunikasi amatir.

Peluncuran satelit ini juga merupakan hadiah lomba saat tim SS-1 mengikuti sayembara program KiboCube yang diinisiasi oleh United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA).

Sayembara ini, bertujuan meningkatkan kapasitas di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi antariksa.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko menyampaikan hal ini merupakan pencapaian luar biasa, dan menjadi sejarah bagi bangsa Indonesia.

"Sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, saya merasa sangat bangga dengan pencapaian luar biasa ini, dan saya mengucapkan selamat kepada Tim Satelit Surya-1 dari Surya University yang telah mewujudkan tonggak penting dalam pengembangan penelitian luar angkasa Indonesia," katanya, dilansir dari laman BRIN.

Baca juga: Erick Thohir Sebut 9 Pekerjaan Bakal Hilang di 2030, Ada Pekerjaanmu?

Peluncuran satelit milik Indonesia ini dilakukan para mahasiswa Surya University untuk mengembangkan nano satelit. Hal ini, menjadi motivasi dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia.

Maka dari itu, BRIN memberikan dukungan penuh melalui Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek (SDMI) dalam program pengembangan kapasitas sumber daya manusia melalui mobilitas periset.

"Saya harapkan ini bukan akhir, Tim SS-1 bisa terus melanjutkan proyek pengembangan satelit dan bisa melanjutkan study S2 dan S3 melalui program beasiswa berbasis riset dari BRIN sebagai program pengembangan manajeman talenta nasional dalam bidang riset dan inovasi," ucapnya.

Handoko menjelaskan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sangat membutuhkan lebih banyak pengembangan teknologi satelit. Hal ini karena dengan memanfaatkan teknologi satelit, maka akan mampu menjangkau wilayah Indonesia yang memiliki ribuan pulau.

"Sebagai bangsa yang besar, kami berusaha untuk membangun infrastruktur ruang angkasa yang lebih baik untuk memberi manfaat bagi pembangunan," ujarnya.

Baca juga: 9 Pekerjaan Freelance buat Mahasiswa, Gaji Bisa di Atas Rp 7 Juta

Ke depan, lanjut Handoko, BRIN juga tengah mengejar prospek dalam pengembangan banyak konstelasi satelit di masa depan, seperti pengamatan bumi atau konstelasi satelit IoT.

Dengan hadirnya para engineer muda ini, dia optimis terhadap perkembangan teknologi satelit di masa depan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com