Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa ITS Inovasi Alat Pengolah Air Laut Jadi Air Minum

Kompas.com - 07/01/2023, 15:27 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat inovasi alat untuk mengolah air laut menjadi air siap minum.

Inovasi itu karena dilatarbelakangi adanya krisis air minum yang sering dialami di daerah terpencil. Adapun Alat Desalinasi Terpadu Sistem Ganda atau disingkat dengan sebutan Anita.

Ketiga mahasiswa ITS itu ialah Jell Hilmansyah (Departemen Teknik Elektro), Dwi Prawira Kusuma (Departemen Teknik Kelautan), dan Fajar Dhimas Airlangga (Departemen Teknik Fisika).

Menurut ketua tim penggagas Anita, Jell Hilmansyah, inovasi ini terfokus pada metode pengolahan air laut menjadi air siap minum.

Baca juga: Polbeng Inovasi Kapal Fiberglass, Kini Makin Diminati Industri

Hal ini disebabkan oleh banyaknya sumber air yang berasal dari laut di kawasan terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

"Untuk itu, digagaslah inovasi ini dengan memanfaatkan air laut dan kabut laut sebagai sumber airnya," ujarnya dikutip dari laman ITS, Jumat (6/1/2023).

Dikatakan, masyarakat pesisir pantai biasanya hanya menggunakan metode desalinasi guna memperoleh air bersih.

Namun, dengan bimbingan dosen Dr. Ir. Ni Ketut Aryani MT., tim ini berhasil mengintegrasikan dua metode sekaligus guna menciptakan alat yang lebih efektif dan efisien.

"Anita dirancang dengan menggunakan metode desalinasi sekaligus kondensasi," jelasnya.

Baca juga: PPNS Inovasi Kapal Plastik Hemat Bahan Bakar

Untuk metodenya ialah air laut akan dipanaskan hingga mencapai titik didihnya. Ketika telah mencapai titik didih, air murni akan terpisah dengan zat pengotornya.

Proses pemanasan ini dilakukan pada kompor listrik dan membutuhkan daya sebesar 620 kilowatt-jam (kWh) tiap liternya.

Guna meminimalisir penggunaan daya listrik tersebut, maka digunakanlah panel surya sebagai salah satu sumber energinya.

Maka dari itu, air murni yang dihasilkan dari proses desalinasi ini telah memenuhi standar kualitas air minum, yakni 10 part per million (ppm).

Tak hanya itu, Jell menilai, volume air yang dihasilkan sudah mencukupi kebutuhan air minum masyarakat.

"Volume yang dapat dihasilkan pada metode desalinasi ini sebesar 1,5 liter per jam," tutur mahasiswa angkatan 2020 ini.

Sedangkan untuk memanfaatkan kabut laut menjadi air siap minum, tim penggagas Anita menerapkan metode kondensasi.

Baca juga: Mahasiswa Itera Inovasi Sistem Sepeda Wisata Berbasis IoT

Awalnya, akan dipasang jaring-jaring untuk menangkap kabut. Setelah itu, akan terjadi proses kondensasi yang membuat kabut berubah menjadi titik-titik air.

"Air yang dihasilkan sudah siap minum dan akan ditampung pada wadah yang telah disediakan," imbuh Jell.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com