Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/01/2023, 17:02 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Pakar Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menilai Indonesia membutuhkan berbagai terobosan bidang pendidikan yang mampu mengadaptasi perkembangan dunia yang sangat cepat dan berbagai ketertinggalan, meski harus menerbitkan kebijakan yang disruptif.

Seri Merdeka Belajar yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dinilai sebagai salah satu kebijakan pendidikan yang disruptif sebagai upaya merespons berbagai perubahan yang cepat tersebut.

Baca juga: 9 Pekerjaan Freelance buat Mahasiswa, Gaji Bisa di Atas Rp 7 Juta

Dia menjelaskan, di antara kunci Merdeka Belajar yang membedakan dengan rezim sebelumnya adalah kolaborasi dan fleksibilitas dalam implementasi.

"Langkah Kemendikbud Ristek yang mencoba merangkul berbagai kalangan tidak hanya dari organisasi besar yang sudah eksis patut diapresiasi sebagai upaya menjaring sebanyak-banyaknya dukungan publik terhadap pendidikan," ucap dia dalam keterangannya, Kamis (5/1/2023).

Menurut dia, di era kemajuan digital dan perkembangan teknologi yang begitu pesat, beban memajukan pendidikan tidak bisa hanya bertumpu pada Kemendikbudristek. Apalagi, di saat yang sama, Indonesia masih dihadapkan pada ketimpangan pendidikan antara kota dan daerah.

Belum lagi, wilayah terpencil yang selama ini tidak terekspos program pemerintah.

"Indonesia butuh transformasi besar, butuh leverage, lompatan untuk pemerataan dalam hal pengetahuan. Pengetahuan di Indonesia saat ini hanya dikuasai wilayah tertentu, dengan Merdeka Belajar cakupan akan lebih luas," jelas Trubus.

Keberadaan berbagai program prioritas seperti Program Guru Penggerak, Program Sekolah Penggerak, serta prototipe Kurikulum Merdeka diharapkan mampu mendorong proses transformasi pendidikan di berbagai lini.

Baca juga: Tanpa Dimarahi, Ini 7 Cara Atasi Siswa yang Sulit Diatur

"Memang proses disrupsi seringkali sulit diterima di awal. Tapi ini harus dilakukan jika Indonesia ingin mempercepat peningkatan kualitas pendidikan," ungkap Trubus.

Hal ini bisa terlihat dari berbagai terobosan yang dilakukan. Sebagai contoh, Kemendikbud Ristek berupaya mempercepat digitalisasi pendidikan melalui pengembangan berbagai aplikasi yang mendukung pembelajaran dan pengelolaan keuangan sekolah yang transparan dan akuntabel.

Dengan cara ini, seluruh pelaku pendidikan di Indonesia punya kesempatan yang sama untuk mengakses informasi dan konten yang kredibel.

Atas berbagai perubahan inilah, Trubus juga berpendapat bahwa sangat wajar jika sebagian kalangan melakukan penolakan.

"Sebagian pihak sudah sangat nyaman dengan kondisi dan celah yang sudah terbangun berpuluh-puluh tahun karena disanalah ada berbagai potensi penyalahgunaan. Langkah digitalisasi dan otomasi dalam sistem pendidikan mendisrupsi semuanya," tutur Trubus.

Dia juga berharap masyarakat mampu menyadari bahwa proses transformasi di bidang pendidikan tidak bisa dinikmati dalam jangka pendek.

Oleh karenanya, dia meminta Kemendikbud Ristek untuk gencar mensosialisasikan berbagai rencananya sekaligus meminta masukan dari para pemangku kepentingan secara proaktif.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com