Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ahmad, Berhasil Tembus 4 Kampus Top Dunia lewat LPDP

Kompas.com - 04/01/2023, 16:20 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com"Semua butuh perjuangan, kesabaran dan ketekunan. Itu yang saya lakukan. Poinnya yaitu niat, yakin, tekad, usaha dan doa."

Itulah kata-kata Ahmad Abdullah Zawawi, alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) saat ditanya apa kiatnya bisa berhasil menembus 4 kampus top dunia.

Ahmad berhasil diterima di University of Melbourne Australia, Monash University Australia, The University of Sydney Australia, dan Glasgow University, Inggris.

Dengan berbagai pertimbangan seperti durasi kuliah, ranking kampus, dan mata kuliah yang berhubungan dengan karier ke depan, Ahmad akhirnya memilih kuliah di The University of Sydney.

Namun, untuk bisa sampai titik ini, ada perjuangan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan.

Baca juga: Beasiswa S1 Mandiri Tunas Finance, Ada Kesempatan Berkarier

Niat kursus bahasa Inggris

Ahmad mengaku, pernah gagal dalam melamar beasiswa karena kurang persiapan. Ia gagal masuk jalur Bidikmisi untuk jenjang S1 karena kesalahan pendaftaran.

Karena itu, Ahmad tidak mau gagal untuk yang kedua kalinya seperti waktu mendaftar S1 dulu. Karena itu, semuanya benar-benar dipersiapkan dengan matang.

Agar mendapatkan beasiswa LPDP, dia pun berhijrah ke Pare, Kediri untuk mendalami bahasa Inggris selama enam bulan.

“Prinsip saya, bercita-cita atau bermimpi itu gratis dan proses meraihnya pun pasti punya nilai. Hasil dari kerja keras tentu akan berbuah manis pada akhirnya," kata dia dilansir dari laman Unesa.

Keterbatasan ekonomi bukan halangan berprestasi

Sebelum mengambil S2, ia merupakan lulusan S1 Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP).

Pria yang akrab disapa Ahmad ini terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Kondisi ini tak membuatnya minder apalagi putus asa.

Justru ini menjadi cambuk semangatnya untuk terus belajar dan giat mengembangkan diri dalam dan luar kampus.

“Ayah sudah meninggal dunia sejak saya masih di sekolah dasar. Sejak itu Ibu yang menjadi tulang punggung keluarga yang sehari-harinya bekerja sebagai penjual es,” ungkapnya.

Setelah lulus dari SMK Negeri 1 Surabaya, Ahmad bermaksud langsung mencari kerja mengingat kondisi ekonomi orang tuanya. Ibunya pun tidak memperbolehkan dia untuk kuliah karena kendala biaya.

Di tengah himpitan pilihan dan tuntutan itu, dalam hati kecil Ahmad tertanam keinginan untuk kuliah. Sampai akhirnya dia meyakinkan orang tuanya dan mendapat restu untuk kuliah di Unesa jalur beasiswa Bidikmisi.

Ternyata, kenyataan tak semanis harapan. Ahmad gagal masuk jalur Bidikmisi karena kesalahan pendaftaran. Dia pun nekat mendaftar di jalur SNMPTN dengan biaya mandiri dan diterima di prodi S1 Manajemen Pendidikan Unesa.

Dia merasa tidak ada pilihan selain kuliah di Unesa apapun caranya.

Ia percaya, masalah biaya pasti ada jalannya. Ahmad mencari cara agar bisa membayar kuliah setiap semester. Dia pun bekerja part time di salah satu department store Surabaya.

“Ibu tahunya saya dapat beasiswa, padahal bayar sendiri. Saya sengaja gak ngomong agar tidak menjadi beban dan merepotkan Ibu,” terang pria yang hobi menulis tersebut.

Kendati kuliah sambil kerja, Ahmad tetap menorehkan prestasi gemilang baik akademik maupun non-akademik. Dia sempat dua kali berturut-turut menjadi mahasiswa berprestasi atau mawapres FIP dan dua kali menjadi finalis mawapres tingkat universitas.

Selain itu, dia juga mengikuti lomba debat 15 kali berturut-turut. Bahkan program-program besutannya pernah dua kali lolos pendanaan kementerian.

Dia juga aktif mengembangkan diri di organisasi dan pernah menjabat Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan ketua BEM Fakultas.

Baca juga: Beasiswa bagi Guru ke Jepang 2023, Uang Saku Rp 16 Juta Per Bulan

Prestasi demi prestasi tersebut merupakan langkah kecilnya untuk mewujudkan cita-cita besarnya selama ini, yaitu bisa studi S2 di luar negeri.

Karena itulah, setelah lulus di Unesa, pria yang merupakan Chief Executive Officer (CEO) Inclupedia ini langsung mempersiapkan diri untuk apply beasiswa LPDP.

Tak lama lagi, ia akan berangkat ke Negeri Kanguru pada 11 Februari 2023. Dia menargetkan bisa merampungkan studi magisternya di sana 1 tahun, setelah itu berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang doktor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com