Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Berperan Turunkan Stunting, TPK Paparkan Kendala Penanganan Stunting di Indonesia

Kompas.com - 29/12/2022, 10:04 WIB
Fransisca Andeska Gladiaventa,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menjelaskan, Tim Pendamping Keluarga (TPK) memiliki peran khusus dalam proses percepatan penurunan stunting nasional. Peran TPK bahkan disebutkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021.

Perpres itu, menjelaskan bahwa pemerintah perlu sejumlah kegiatan tambahan untuk menurunkan stunting. TPK menjadi salah satu poin yang diperlukan, khususnya bagi keluarga berisiko stunting.

Hal tersebut disampaikan Hasto saat menghadiri Forum Nasional Stunting 2022 “Bergerak Bersama Garda Terdepan dalam Pendampingan Keluarga untuk Percepatan Penurunan Stunting”, yang diselenggarakan secara hybrid di Jakarta, Selasa (6/12/2022).

Pada kesempatan yang sama, Global Chief Executive Officer (CEO) Tanoto Foundation J Satrijo Tanudjojo mengatakan, TPK berperan memberikan langkah preventif dan promotif untuk mencegah munculnya kasus stunting di Indonesia.

Baca juga: Siapkan Mahasiswa Jadi Pemimpin Masa Depan, Tanoto Raih Anugerah Dikti Ristek

“Kami meyakini TPK sebagai garda terdepan memiliki peranan penting dalam pengambilan langkah yang preventif dan promotif, serta memberikan rujukan untuk mendapatkan akses ke layanan yang dibutuhkan, sehingga hal tersebut menurunkan angka stunting di Indonesia,” ujar Satrijo.

Dengan demikian, lanjut Satrijo, TPK yang dibentuk oleh BKKBN dapat memberikan pendampingan melalui edukasi keluarga risiko stunting, mulai dari cara pencegahan yang dilakukan melalui perubahan perilaku hidup sehat, pentingnya tablet tambah darah (TTD), pencermatan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), hingga menyediakan asupan gizi seimbang.

“Dengan hadir dan dibentuknya TPK, pendampingan terhadap keluarga berisiko mempunyai anak stunting akan menjadi lebih terarah dan tepat,” ucap Satrijo.

Baca juga: Berdayakan Masyarakat dan Pendidikan, Tanoto Foundation Terima Dua Penghargaan

TPK sebagai garda terdepan

Pada acara Forum Nasional Stunting 2022, Tanoto Foundation mengundang empat TPK dari berbagai daerah untuk membagikan pengalaman mereka mengenai upaya-upaya penurunan stunting bersama masyarakat.

Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kelurahan Salaman Mloyo, Semarang, Jawa Tengah (Jateng) Diah Kurnia Ramadhani berbagi cerita mengenai dedikasinya selama ini menjadi TPK di Semarang.

Diah mengaku ikhlas menjalani perannya sebagai TPK untuk membantu keluarga dengan risiko stunting. Bahkan, orang-orang yang dibantunya sudah seperti keluarga baginya.

“Di TPPS Semarang kami mencanangkan program Semua Ikut Bergerak Bersama Menangani Stunting atau dikenal dengan Si-Bening. Program ini diwujudkan dengan adanya orangtua asuh untuk melakukan pendampingan dan pendekatan kepada keluarga," ungkap Diah. 

“Kami juga menginisiasi program ‘Isi Piringku’ untuk memberikan pengetahuan mengenai gizi dan pola asuh yang baik dan benar bagi orangtua. Dari pendekatan tersebut, kami bersama dengan anggota TPPS lainnya seperti menjadi keluarga dengan para pihak keluarga stunting, sehingga mereka mau menerima kami dan mau diarahkan,” tambah Diah.

Baca juga: Gandeng UNICEF Indonesia, Tanoto Foundation Gelontorkan Rp 33,5 Miliar untuk Turunkan Stunting

Dalam program yang direalisasikan, lanjut Diah, TPPS Semarang juga memberikan beberapa makanan bergizi berupa makan besar lewat dapur sehat setiap pagi dan siang, serta pemberian bantuan makanan tambahan (BMT) pada sore hari.

“Kami terus melakukan pemberian asupan gizi dan memantau langsung, sehingga apa yang diberikan tersebut dapat termakan oleh pihak anak stunting. Karena tak sedikit keluarga yang memiliki lebih dari satu anak stunting dan dikhawatirkan satu makanan yang diberikan akan dimakan secara bersama-sama dengan yang lain,” ujar Diah.

Dalam mendistribusikan bantuan asupan gizi tersebut, TPPS Semarang membutuhkan bantuan dari beberapa stakeholder lain, yakni Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dan Bintara Pembina Desa (Babinsa) untuk menjemput bola para keluarga stunting.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com