KOMPAS.com - Pertemanan toksik atau toxic friendship belakangan ini sering terjadi. Biasanya pertemanan ini hanya memanfaatkan saja, bahkan sering menyakiti.
Menurut Dosen Psikologi Unesa Nurchayati, pertemanan toksik bukan saja tidak sehat, tetapi juga berbahaya.
Baca juga: 3 Sekolah Terbaik di Bandung dan Profil Singkatnya
Dia memaparkan ciri-ciri teman toksik, yaitu suka merendahkan, mempermainkan dan menjadikan teman sebagai bahan gosip, serta senang bikin jiwa kurang tenang dan nyaman.
"Teman toksik juga tak segan menyakiti, membanding-bandingkan dan memperlakukan kita sebagai sekadar alat untuk mencapai tujuan pribadinya. Mereka bahkan meracuni pertemanan dengan kebohongan," ucap dia dalam keterangannya dikutip dari laman Unesa, Senin (26/12/2022).
Jikalau sudah terjebak dalam pertemanan toksik, kata dia, ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
Pertama, batasi pergaulan dengan mereka dan minimalkan interaksi dengannya. Kedua, beri dia saran perbaikan secukupnya.
Ketiga, secara langsung dan santun, bicarakan dengannya ketidaksehatan dalam relasi.
Keempat, harus berani berkata 'tidak' kepadanya. Kelima, utamakan berkawan dengan orang non-toksik.
"Intinya, kita terapkan pembatasan. Jauhkan si teman toksik dari zona privacy kita. Dengan dia, kita jangan pernah berbagi urusan pribadi, problem keluarga, dan informasi apa pun yang bukan bahan konsumsi umum," ujar Nurchayati.
Baca juga: 4 Cara Gunakan KIP Kuliah Digital, Mahasiswa Harus Tahu
Adapun jurus menghindar dari pertemanan toksik, dia menyebut ada 4 hal yang bisa dilakukan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.