Oleh: Muhardis*
SABAR, PPP yang dimaksud di bagian judul tulisan ini tidak ada sangkut pautnya dengan salah satu partai peserta Pemilu.
PPP mengacu kepada profil pelajar Pancasila, programnya pemerintah, terlebih mereka yang mengurusi pendidikan di negara tercinta. Profil ini harus benar-benar terinternalisasi ke dalam jiwa peserta didik agar mereka dapat dilabeli Pancasila-is.
Dalam siaran persnya, Mendikbud berharap pelajar tidak sekadar hafal butir Pancasila, namun juga mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal itu senada dengan Hilmar Farid yang berharap bentuk kecintaan terhadap Pancasila di masa kini bukan pada seberapa hafalnya, namun lebih kepada praktiknya (Kompas, 11/06/2020).
Ya, peserta didik harus menjadi sosok Pancasilais, penganut ideologi Pancasila yang baik dan setia.
Sejatinya, dimensi-dimensi profil Pancasila bukanlah hal baru bagi bangsa ini. Sebelum dikumpulkan dan diklasifikasikan menjadi enam dimensi saja, profil tersebut seyogianya telah dikenal, namun tidak menyatu dalam satu bingkai, profil pelajar Pancasila.
Barangkali-sekali lagi-penambahan kata pelajar menyebabkan profil tersebut lebih eksklusif peruntukannya.
Beberapa model dan modul telah dirancang pemerintah guna membantu pendidik (sebutan bagi guru dalam kurikulum merdeka), memuat alur pembelajaran yang bisa mereka terapkan.
Setelah diamati, tema-tema berkaitan dengan kearifan lokal menjadi menu andalan. Sebut saja “Timun Mas” untuk Fase C, “Eksplorasi Empon-Empon” untuk peserta didik Fase D, dan “Nandong Smong” untuk peserta didik Fase E.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.