Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar Unpad: Konflik Rusia-Ukraina Mereda Beri Angin Segar Ekonomi Dunia

Kompas.com - 19/10/2022, 10:52 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Rina Indiastuti mengungkapkan, konflik Rusia-Ukraina menambah kesulitan pemulihan ekonomi di berbagai negara di tingkat global.

Indonesia sebagai salah satu negara yang terdampak konflik tersebut, juga dihadapkan pada tantangan pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen guna mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Baca juga: Dua Mahasiswa Unair Jadi Pembicara di FBI karena Bongkar Kasus Ini

"Konflik ini menambah kesulitan kita untuk mensyukuri bahwa exit dari pandemi akan muncul semangat baru, tetapi ternyata belum bisa," kata dia dalam keterangannya, Rabu (19/10/2022).

Rektor menegaskan, hal terbaik dalam mengantisipasi berbagai dampak global tersebut adalah mengakselerasi penyelesaian konflik Rusia-Ukraina. Upaya ini diperlukan agar dunia tidak memasuki krisis baru setelah pandemi.

"Kami tidak ingin masuk ke new crisis. Krisis pandemi sudah cukup, jangan lagi ada krisis baru," ungkap Rektor.

Lanjut dia menjelaskan, dampak konflik Rusia-Ukraina terlihat dari berbagai bidang.

Mulai dari kenaikan harga minyak dunia, krisis pangan, efek ke perdagangan internasional, hingga meningkatnya angka kemiskinan global.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis tersebut menyoroti dampak kemiskinan di tingkat global.

Pasca pandemi dan gangguan stabilitas politik akibat konflik menyebabkan angka kemiskinan penduduk global meningkat. Hampir semua negara telah meluncurkan intervensi sesuai kondisi sosial, politik, dan ekonominya.

Indonesia sendiri, kata dia, menyiapkan berbagai intervensi dalam menghadapi kondisi ini.

Opsi pertama adalah pembukaan keran investasi untuk menciptakan lapangan kerja.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: Bahaya Gas Air Mata Bisa Erosi Kornea hingga Buta

Menurut Rektor, untuk meningkatkan investasi, Indonesia harus memperoleh kepercayaan global.

Namun, hal ini perlu dibarengi dengan kesiapan di tingkat mikro.

"Kita juga ingin memastikan di tingkat mikro, kalau investasi masuk, Indonesia aman gak? Tenaga kerja jadi produktif gak? Bayangkan kalau mereka masih kesulitan memenuhi kebutuhan dasar pangan," tutur Rektor.

Sebagai tindak lanjut dari efek domino tersebut, perubahan kebijakan fiskal berupa peralihan subsidi energi yang dialihkan menjadi bantuan langsung untuk rakyat miskin diharapkan dapat merangsang daya beli masyarakat.

Kendati demikian, kebijakan ini perlu ditinjau seberapa lama Indonesia bertahan dalam situasi ini.

Ini disebabkan, konflik Rusia-Ukraina juga turut menyumbang kenaikan inflasi dan menyisakan fiskal yang sempit.

Baca juga: Tempat Pendidikan Jokowi, dari SD hingga Masuk Fakultas Kehutanan UGM

"Yang perlu diperhatikan adalah kapasitas fiskal, pengendalian inflasi, dan opsi penambahan utang. Ini yang perlu menjadi perhatian. Kalau berlama-lama takutnya menjadi lelah," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com