KOMPAS.com - Penyakit jantung merupakan penyakit dengan prevalensi yang sangat tinggi di berbagai negara yang ada di dunia.
Diperkirakan, sekitar 1 dari 3 kasus kematian disebabkan karena penyakit yang menyerang organ jantung.
Baca juga: Punya 400 Anggota Tim Bayangan, Pengamat: Nadiem Tak Percaya ASN Kemendikbud
Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI pada tahun 2018, jumlah penderita penyakit jantung mencapai 4 hingga 5 juta jiwa.
Penyakit jantung dapat diklasifikasi menjadi beberapa macam seperti penyakit jantung koroner, penyakit jantung katup, penyakit jantung akibat kondisi genetis, penyakit jantung yang terkait hipertensi, dan penyakit jantung yang terkait dengan kelistrikan.
Selain itu, penyakit jantung juga dapat disebabkan oleh penyakit yang berkaitan dengan paru-paru.
"Penyakit jantung bisa terkait dengan paru-paru. Orang yang asma paru-parunya bisa bermasalah. Juga kemudian jantungnya juga bisa bermasalah," kata Staf Pengajar di Fakultas Kedokteran Unair, dr. Rendra Mahardika Putra dalam keterangannya, Senin (3/10/2022).
Dia menyebut, terdapat dua faktor risiko yang berkontribusi terhadap munculnya penyakit jantung, yakni faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah.
Baca juga: Sosok Alvin, Sarjana Terbaik ITS dengan IPK 3,96
Faktor risiko yang tidak dapat diubah berkaitan dengan genetik dan warisan dari orangtua, sehingga yang dapat dilakukan adalah mencegah penyakit jantung muncul lebih cepat.
Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah erat kaitannya dengan gaya hidup.
"Karena ada teknologi, kita semakin lama semakin mudah, ya. Semakin mudah kita membeli makanan-makanan instan ke depan meja dan kita menjadi sudah sangat terbiasa berjalan dan tidak beraktivitas," ucap dia.
Kehidupan yang pasif, sebut dia, menjadi faktor risiko munculnya penyakit jantung.
Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk senantiasa waspada, aktif bergerak, dan mengetahui jenis makanan baik yang sehat maupun sebaliknya.
"Aktivitas merokok juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung," ungkap dia.
Rendra menyatakan, penyakit jantung memiliki dua spektrum yaitu simptomatis (bergejala) dan asimptomatis (tanpa gejala).
Baca juga: 10 Kota Pelajar Terbaik Dunia Versi QS WUR 2023, Buat Referensi Kuliah
Kasus asimptomatis biasanya banyak ditemui pada pasien diabetes akibat kondisi neuropati yang menyertai.