Mengenai sebaran wilayah proposal di Matching Fund Kedaireka beberapa daerah pun mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 2021 ke 2022. Lonjakan terbesar datang dari daerah NTB, NTT, Maluku dan Papua yang semula hanya 20 proposal, naik 700 persen menjadi 145 proposal.
Sementara di tempat kedua, daerah Sumatera mengalami peningkatan sebesar 440 persen dari 130 proposal menjadi 702 proposal.
Menyusul Jawa dan Bali dengan kenaikan 351 persen dari 914 proposal menjadi 4.122 proposal. Di tempat keempat, daerah Sulawesi mengalami peningkatan 257 persen dari 93 proposal menjadi 332 proposal.
Adapun dari daerah Kalimantan juga bertambah dari 74 proposal menjadi 122 proposal atau meningkat 65 persen.
Menurut Plt. Sekretaris Ditjen Dikti Riset Tjitjik Srie Tjahjandarie, bertambahnya dana kolaborasi yang terkumpul tidak lepas dari semakin banyak mitra DUDI yang ambil bagian seiring dengan meningkatnya jumlah proposal dari peserta.
“Sejauh ini sebanyak 5.407 proposal telah kami proses dengan maksimal. Harapan kedepannya, semoga semakin banyak insan Perguruan Tinggi dan mitra korporasi yang mendaftar untuk menciptakan sinergi antara perguruan tinggi dan industri,” tuturnya.
Senada dengan Tjitjik, Kepala Subbagian Tata Usaha Setditjen Diktiristek, Didi Rustam pun berharap kerja keras dari semua pihak dalam mengupayakan Program Matching Fund Kedaireka dapat bermanfaat melahirkan gagasan inovatif dan mendukung implementasinya dengan skema pendanaan matching fund.
“Program Matching Fund Kedaireka 2022 telah diselenggarakan dengan usaha yang luar biasa oleh semua pihak. Tentunya penyelenggaraan ini juga kami jadikan pembelajaran untuk menyelenggarakan program Matching Fund Kedaireka lebih baik lagi kedepannya," ujarnya.
Baca juga: KPK Dorong Perguruan Tinggi Ciptakan Lulusan Berintegritas
"Saya harap insan perguruan tinggi dan mitra industri yang belum sempat mendaftar atau belum mendapat pendanaan di tahun ini masih terus bersemangat untuk mendaftar lagi di tahun depan,” imbau Didi.