Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perguruan Tinggi Hanya Mampu Penuhi 200.000 Lulusan Bidang Digital

Kompas.com - 29/09/2022, 17:30 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Tren digitalisasi yang melaju kencang di berbagai sektor termasuk dunia bisnis membuat Indonesia saat ini menghadapi kebutuhan tenaga ahli di bidang teknologi informasi (IT) yang sangat tinggi.

Sayangnya, tenaga baru di bidang IT yang berhasil dicetak perguruan tinggi masih belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan tersebut.

Berdasarkan catatan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), kebutuhan tenaga kerja di TIK diperkirakan bakal terus meningkatkan sejak 2022 hingga 2025.

Baca juga: Punya 400 Anggota Tim Bayangan, Pengamat: Nadiem Tak Percaya ASN Kemendikbud

Proyeksi kebutuhannya pada tahun ini sebanyak 1,23 juta orang. Jumlahnya diperkirakan naik 21,4 persen menjadi sebanyak 1,49 juta orang pada 2023.

Meski demikian, jumlah tenaga ahli di bidang IT di tanah air masih jauh dari permintaan, baik dari kualitas maupun kuantitas.

Menurut riset McKinsey, Indonesia membutuhkan 9 juta profesional digital selama periode 2015-2030.

Artinya, Indonesia harus dapat melahirkan 600.000 lulusan digital secara rata - rata setiap tahunnya.

Dari kebutuhan tersebut, perguruan tinggi di Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 100.000-200.000 lulusan digital (bidang IT), yang berarti ada kesenjangan sekitar 400.000 - 500.000 lulusan digital.

Kekurangan tersebut berpotensi menghambat proses transformasi digital perusahaan di berbagai industri, termasuk perbankan.

Dengan skill gap digital yang masih sangat besar di Indonesia, masih diperlukan keselarasan antara perguruan tinggi, vokasi, serta lembaga pendidikan lainnya agar bisa memenuhi kebutuhan industri digital yang terus berkembang.

Menjawab tantangan tersebut, edtech startup Refocus Digital Academy hadir di Indonesia sebagai platform pendidikan online yang berfokus untuk mengubah seseorang menjadi profesional dalam industri digital.

Tim Refocus mengajarkan profesi digital kepada orang-orang, di mana bidang ini sedang diminati pasar dan akan berlangsung dalam jangka waktu lama.

Baca juga: Sosok Alvin, Sarjana Terbaik ITS dengan IPK 3,96

Google Indonesia memperkirakan bahwa ekonomi digital negara akan bernilai sekitar Rp 1,7 kuadriliun atau 124,1 miliar dolar AS pada tahun 2025 (tiga kali lipat dari tahun 2020 dengan nominal Rp 548,2 triliun).

Menurut laporan terbaru oleh perusahaan konsultan strategi AlphaBeta, karyawan dengan keterampilan digital memiliki potensi untuk berkontribusi lebih dari Rp 4 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2030.

CEO & Founder Refocus Education Project, Roman Kumay Vyas mengatakan, Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau, kondisi geografi Indonesia menentukan pengembangan IT serta aksesibilitas layanan dan teknologi.

"Kami memperkirakan 40 persen dari pertumbuhan lowongan pekerjaan dalam dua tahun ke depan akan menghasilkan kebutuhan rekrutmen yang sangat besar di pasar," ucap dia dalam keterangannya, Kamis (29/9/2022).

Dia menyebut, pihaknya ingin orang-orang untuk memiliki kesempatan edukasi yang baik serta keterampilan yang ada, bisa memiliki penghasilan yang besar, terus bertumbuh, dan mengembangkan berbagai produk untuk mencapai tujuan mereka.

Baca juga: Pengamat: 400 Anggota Tim Bayangan Nadiem Berpotensi Langgar UU dan Regulasi

"Kami sendiri mengutamakan pengembangan Refocus secara regional, tim kami menetapkan misi untuk mampu melatih lebih dari 1.000.000 profesional di level internasional yang mampu menyelesaikan berbagai pekerjaan ambisius," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com