KOMPAS.com – Salah satu syarat agar Indonesia bisa menjadi negara maju ialah dengan meningkatkan jumlah wirausaha. Upaya ini, nyatanya bisa dilakukan mulai dari jenjang pendidikan menengah.
Seperti praktik baik pembelajaran kewirausahaan yang telah dijalankan di SMPN 1 Barong Tongkok, Kutai Barat (Kubar).
Sebagai satu-satunya SMP yang terdaftar mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara mandiri se-Kabupaten Kutai Barat, sekolah ini mampu melahirkan terobosan melalui materi pembelajaran kewirausahaan.
Langkah awalnya terbilang sederhana, yakni dengan memanfaatkan lahan kosong di samping sekolah, siswa kelas VII diajak menjadi petani muda yang modern.
Baca juga: Kalau Guru Berhenti Belajar, Selesai Sudah Pendidikan Indonesia
Siswa dikelompokkan dan diberi sepetak lahan, kemudian ditanami beberapa komoditi pertanian seperti jagung dan umbi-umbian. Tak hanya menanam, siswa juga dibimbing merawat tanaman sampai panen.
Selain itu, siswa juga dibekali ilmu kewirausahaan dan promosi melalui digital. Harapannya, setelah panen, siswa dapat melakukan promosi dan memasarkannya.
Targetnya, di akhir tahun para siswa bisa menjual hasil panen melalui bazar yang diadakan sekolah.
Pelaksanaan proyek kewirausahaan ini disambut antusias oleh siswa. Aurellista Queenby, salah satu siswa yang terlibat mengatakan, dari proyek ini mereka bisa belajar tentang kerja sama dan gotong royong.
Baca juga: Paperless School, Praktik Baik dari Sekolah Kampung Perkebunan Kutai Barat
“Saya senang dan antusias berwirausaha bersama teman-teman,” kata dia.
Selain itu, menurut Aurellista proyek ini mengubah persepsi siswa tentang petani.
“Ternyata pertanian tidak buruk. Ke depan (pertanian) bisa menjadi sumber penghasilan generasi modern saat ini,” ujarnya.
Idul Indrawan siswa lainnya juga menikmati pembelajaran ini. Dirinya bersemangat mengikuti prosesnya mulai dari mengangkat kayu, membersihkan kebun hingga menanam. Kata dia, petani saat ini sudah harus bisa menyesuaikan dengan zaman.
“Petani sudah beda karena sudah ada media sosial. Tidak harus ke pasar lagi. Pembeli juga, jika malas ke pasar bisa pesan melalui jasa pengiriman online, ini memudahkan petani juga untuk memasarkan produknya,” ujarnya.
Lusia Ping S.Pd dan Neri Riyani, guru yang ditunjuk sebagai koordinator proyek kewirausahaan menjelaskan, pemilihan kegiatan ini didasari dari pemetaan aset sekolah.
“Sekolah memiliki lahan yang luas. Dulu memang pernah dimanfaatkan, tapi tidak ada blueprint-nya. Sekarang lebih terstruktur. Sampai aksi nyata, menanam dan panen raya,” beber Lusia.