KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan Dasar, Menengah, dan Teknik dari Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao (MBHTE BARMM) Filipina berencana membangun Madrasah Negeri di negara Mutiara Laut Orien.
Mereka berguru ke Indonesia dalam hal membangun, membuat kebijakan serta implementasi kebijakan.
Baca juga: LTMPT: Kami Tak Lagi Jadi Pelaksana Seleksi Masuk PTN
Saat berkunjung ke Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama (Kemenag) di Jakarta, rombongan yang terdiri dari 16 orang ini diterima oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Pendis Muhammad Ali Ramdhani.
Dalam sambutannya, dia menjelaskan bahwa rombongan dari Filipina yang sedang benchmarking ini akan melakukan kunjungan ke beberapa lembaga Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Al Hamid Jakarta Timur, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta, dan MAN Insan Cendekia (IC) Serpong Tangerang Selatan.
Dia mengaku, saat ini Kemenag melayani sebanyak lebih dari 77.000 lembaga madrasah, sebanyak 700 lembaga Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) baik negeri maupun swasta, dan melayani 35.000-an Pondok Pesantren yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia.
"Ini adalah angka luar biasa dan semua ini ditangani secara struktural oleh Ditjen Pendis. Sehingga bisa dikatakan ini adalah Direktorat paling besar di Indonesia," ucap dia dalam keterangannya, Kamis (15/9/2022).
Pria yang akrab disapa Dhani ini menjelaskan, praktik baik alias berguru tentang penyelenggaraan madrasah ini juga selayaknya bisa lakukan pihak Kemenag. Artinya tidak ada salahnya berguru ke Filipina, khususnya ke Moro.
"Sebetulnya, benchmarking penting, karena kita saat ini melakukan terobosan bahwa ada tantangan di generasi masa depan. Lalu, kurikulum kami rancang, agar mampu menjawab masa depan anak madrasah. Maka, di Madrasah Aliyah kami lakukan rekonstrusksi kurikulum dengan Cambridge sehingga alumni diterima di kampus terkemuka di dunia," tutur dia.
Baca juga: SBMPTN Jadi Seleksi Nasional Berdasarkan Tes, Ini Aturan Barunya
Di hadapan delegasi asal Filipina, Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini juga menjelaskan, bahwa madrasah di Indonesia pada dasarnya adalah sekolah pada umumnya. Namun, yang membedakan adalah satu, tambahan pelajaran agama.
"Bedanya satu, bahwa kami menambahkan pelajaran agama sebagai inti penyelenggaraan madrasah. Sehingga kami tidak merubah, tapi menambah," jelas dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.