Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/09/2022, 08:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim telah meluncurkan Transformasi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri yang dalam Merdeka Belajar episode ke-22, Rabu (/9/2022).

Salah satu perubahan skema terjadi di jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2023, di mana tes mata pelajaran atau Tes Kemampuan Akademik (TKA) dihapuskan.

"Tidak ada lagi tes mata pelajaran. Materi akan diganti, dan disederhanakan. Hanya ada satu tes skolastik yang mengukur kemampuan bernalar siswa," terang Nadiem.

Baca juga: LTMPT: Kami Tak Lagi Jadi Pelaksana Seleksi Masuk PTN

Menurut Mendikbudristek, selama ini tes SBMPTN menitikberatkan hafalan dibanding penalaran. Selain itu, materi yang diujikan terlalu banyak dan terfokus hanya pada mapel tertentu.

Siswa pun pada akhirnya hanya fokus pada mata pelajaran yang diujikan, sementara mata pelajaran lain menjadi dianggap tidak penting. Kondisi ini berpotensi kualitas pembelajaran menjadi menurun.

Selain itu, orangtua juga terbebani dengan biaya yang tidak sedikit untuk bimbel para siswa dalam menghadapi SBMPTN. Sehingga, siswa dari keluarga kurang mampu lebih sulit untuk masuk PTN.

Baca juga: Kemendikbud Ubah Aturan Seleksi SNMPTN, SBMPTN, Jalur Mandiri PTN 2023

Apa itu tes skolastik di SBMPTN 2023?

Khusus SBMPTN 2023, materi tes skolastik menitikberatkan penalaran melalui 4 sub materi khusus.

Empat sub materi khusus tersebut ialah:

1. Kemampuan potensi kognitif

2. Logika penalaran matematika

3. Literasi dalam bahasa Indonesia

4. Literasi dalam bahasa Inggris

Materi skolastik sendiri, memiliki soal pertanyaan yang mirip dengan Asesmen Nasional.

Dengan soal yang mirip, maka siswa diharapkan  tidak akan kaget dengan jenis pertanyaan yang diberikan karena sudah mengenal soal tersebut sejak duduk di bangku SD, SMP maupun SMA.

Baca juga: Biaya Kuliah S1-S2 di Inggris: Oxford, Cambridge, UCL

Soal-soal tes skolastik, berfokus pada logika siswa dan cara siswa menganalisis suatu problem yang kontekstual. Bila melihat dari Tes Potensi Skolastik (TPS) pada UTBK 2022, soal-soal ini bertujuan untuk mengukur Kemampuan Kognitif yang dianggap penting untuk keberhasilan di sekolah formal, khususnya pendidikan tinggi.

Dalam TPS yang akan diuji adalah Kemampuan Penalaran Umum, Kemampuan Kuantitatif, Pengetahuan dan Pemahaman Umum, serta Kemampuan Memahami Bacaan dan Menulis. Kemampuan kuantitatif akan mencakup Pengetahuan dan Penguasaan Matematika Dasar.

Nadiem juga memberikan contoh soal masing-masing materi tes skolastik. Berikut contoh soal tes skolastik SBMPTN 2023.

 

Contoh Soal Tes Skolastik SBMPTN 2023

1. Potensi Kognitif

Lima sekawan Sano, Joko, Adi, Rimba, dan Ratu selalu berangkat bersama menuju sekolah. Joko selalu menjemput Sano, setelah ia dijemput Adi. Rimba menjadi anak terakhir yang dijemput. Sementara rumah Ratu terletak di antara rumah Joko dan rumah Adi.

Berikut ini pernyataan yang BENAR adalah...

a. rumah Ratu terletak paling jauh
b. rumah Adi terletak paling jauh
c. rumah Rimba terletak paling jauh
d. Rumah Sano terletak paling dekat
e. Rumah Adi terletak paling dekat

Baca juga: Cerita Siswi SMK Ranking Ke-33 di Kelas yang Lolos Masuk UI

2. Penalaran Matematika

Setiap material sampah akan mengalami penguraian. Material sampah dapat berupa sampah organik dan sampah anorganik. Waktu yang diperlukan untuk mengurai sempurna disebut sebagai waktu dekomposisi. Berikut waktu dekomposisi berdasarkan jenis material sampah:

Contoh soal skolastikDOK. Kemendikbudristek Contoh soal skolastik

Sampah anorganik lebih lama terurai dibandingkan dengan sampah anorganik. Waktu dekomposisi popok sekali pakai lebih lama dari plastik, tetapi kurang dari kulit sintetis. Berapa waktu dekomposisi yang mungkin dari popok sekali pakai?

a. 100 tahun
b. 250 tahun
c. 375 tahun
d. 475 tahun
e. 575 tahun

3. Literasi Bahasa Indonesia

Contoh soal

Khasiat susu bagi tubuh kita sudah tidak diragukan lagi. Meskipun demikian, tidak setiap orang bersedia mengonsumsi susu. Ada dua kemungkinan penyebabnya: pertama, karena sifat yang terkandung dalam susu yang tidak disukai orang; kedua, karena sifat biologis orang yang bersangkutan (intoleran), yang ditandai dengan gangguan pencernaan seperti diare, perut kembung, dan sering buang angin setelah minum susu.

Penyebab pertama dapat diatasi dengan penambahan sari jeruk, markisa, apel, atau lainnya sehingga rasa asli susu yang memualkan dapat dihilangkan. Sementara itu, penyebab kedua dapat diatasi dengan menggantinya dengan air susu yang telah mengalami perlakuan khusus, yaitu fermentasi.

Secara biologis, penderita intoleran susu tidak mampu mencerna laktosa dari makanan atau minuman dalam susu sehingga terjadi penimbunan laktosa dalam usus. Penderita yang demikian dapat meminum susu bubuk dengan kadar laktosa rendah atau air susu fermentasi, seperti yoghurt, kefir, dan koumis.

Berdasarkan bacaan di atas, bila seorang temanmu, Ari, mengeluh bahwa ia sebenarnya ingin minum susu seperti teman lainnya, tetapi selalu diare ketika minum susu. Apa yang akan kamu sarankan?

a. Ari dapat mencoba minum susu dengan menambah sari jeruk.
b. Ari dapat mencoba susu bubuk seperti susu yang di minum oleh balita.
c. Ari dapat mencoba minum yoghurt.
d. Ari tidak perlu minum susu sama sekali.
e. Ari dapat mencoba minum susu secara bertahap.

4. Literasi Bahasa Inggris

Contoh soal

Measles, a childhood disease, has caused suffering to mankind for thousands of years. However, the search for an effective measles vaccine lasted two hundred years and has finally ended in success. Now, for the first time, measles is a preventable disease. You may ask, "How is this important to children?"

Every year measles kills twice as many Americans as polio does. More children die from measles than from any other common childhood disease. Also complications of some degree occur in about one child out of six. Most complication include pneumonia and ear disorders. Another
after-effect of measles-brain damage is less common, but it can have such serious consequence that it deserves special attention.

Brain damage due to measles sounds like something far away from our experience. In reality, it is not. Like other injury, damage to the brain can be very slight or very severe. It is quite possible that we have never seen or heard a child who has severe brain damage - the child would either have died or would be in an institution. However, in medical research a relation has been found between measles and such things as behavior problems, personality changes and dulling of metal ability. For example, a child may be bad-tempered or a little slow to learn after he has recovered from measles.

One of the important findings of the research on measles is that ....

a. children who have got measles may become difficult to handle because of their behavior.
b. in reality, there are no measles patients who get brain damage.
c. personality changes already occur at the time a child has measles.
d. measles can cause children to become physically handicapped.
e. measles is the first killer of childhood disease in the world.

Nadiem mengatakan, skema seleksi dengan tes skolastik di atas akan jauh lebih adil dan memberikan kesempatan sukses pada semua yang mengambil seleksi nasional berdasarkan tes.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com