Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SMIC 2022, Peneliti UNJ Kembangkan Alat Deteksi Bakteri pada Makanan

Kompas.com - 08/09/2022, 11:02 WIB
Angela Siallagan,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengadakan Konferensi Internasional The Science and Mathematics International Conference (SMIC) 2022.

Konferensi yang menghadirkan pakar dari banyak negara ini merupakan agenda rutin dua tahunan yang diselenggarakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNJ.

Di tahun 2022, SMIC mengangkat tema “Emerging Post Pandemic Trends of Research and Education in Mathematics and Sciences.”

Baca juga: Konferensi Internasional IC-MBA 2022, UNJ: Upaya Mencapai Rekognisi Internasional

Konferensi dilaksanakan secara daring dengan menghadirkan 12 pembicara dalam bidang matematika, ilmu pengetahuan alam, dan pendidikan sains.

Para pembicara internasional tersebut berasal dari delapan negara yakni Prancis, Jepang, Turki, Taiwan, Malaysia, New Zealand, Singapura, dan Austria.

Empat dari dua belas pembicara yang diundang yakni Prof. Neil Dodgeson, dari Victoria University of Wellington, New Zealand, Prof. Dr. rer. nat. Hesham Ali El-Enshasy dari University Teknologi Malaysia, Malaysia, Ong Yann Shiou, PhD dari Nanyang Technology University, Singapore, dan Prof. Muktiningsih, M.Si dari Universitas Negeri Jakarta, Indonesia.

Prof. Dr. Muktiningsih, M.Si., yang merupakan Dean of Faculty of Mathematics and Natural Science UNJ menyampaikan topik berjudul “Development of Prototype Detection Kit for Foodborne Pathogens Diseases with Real-Time PCR in Increasing independent Nation.”

Baca juga: Biaya Kuliah S1-S2 di Kampus Top Dunia: MIT, Stanford, Harvard

Sebanyak 180 partisipan bergabung dalam zoom meeting, Prof. Muktiningsih memaparkan penelitian yang dia lakukan bersama tim tentang pengembangan prototype detection kit untuk penyakit patogen foodborne dengan real-time PCR dalam meningkatkan bangsa yang lebih merdeka.

Prof. Muktiningsih menyampaikan bahwa kasus keamanan pangan, khususnya tentang keracunan pangan (foodborne pathogen diseases) telah tersebar di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Dia menguraikan data kasus yang terjadi di berbagai negara. Hal tersebut sangat memprihatinkan.

“Kasus-kasus tersebut sering disebut sebagai kasus yang luar biasa (KLB) karena ditemukan korban dalam jumlah yang besar. Dalam waktu yang sama dan terjadi begitu cepat, kasus tersebut menelan korban dari berbagai jenjang usia,” urai Prof. Muktiningsih.

Fenomena ini menjadi perhatian penting dan mendesak. Perlu dilakukan pengembangan alat pendeteksi yang cepat, efektif, dan akurat. Dengan demikian masalah serius ini dapat ditangani dengan efesien guna meminimalisir jumlah korban.

“Banyak metode dan teknik yang sudah dilakukan dan terus dikembangkan oleh para pakar untuk mendeteksi bakteri yang menyebabkan keracunan makanan tersebut. UNJ juga turut ambil bagian dalam melakukan penelitian dalam mencari solusi yang berguna bagi masyarakat,” papar Prof. Muktiningsih.

Baca juga: UNJ Gelar Konferensi Internasional SMIC 2022, Bahas Tren Riset dan Pendidikan

Tim UNJ Salmonella di Pusat Deteksi Bakteri Patogen Unggul-LPPM UNJ (PUI) mengembangkan metode pendeteksian berdasarkan metode asam nukleat, yaitu metode deteksi yang memanfaatkan proses hibridisasi template dengan primer atau untaian nukleotida pendek. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik the Real-time Polymerase Chain Reaction (Real-Time PCR).

Lebih lanjut Prof. Muktiningsih menyampaikan bahwa ada beberapa langkah yang dilakukan oleh tim dalam pengembangan metode deteksi tersebut mulai dari uji isolasi genom bakteri untuk mengkonfirmasi keberadaan dari hasil uji bakteri dalam sampel makanan, hingga menganalisis hasilnya secara Real-Time PCR.

Setelah melakukan proses penelitian yang tidak mudah, akhirnya tim Salmonella UNJ berhasil merancang delapan alat prototipe untuk mendeteksi bakteri yang menyebabkan terjadinya keracunan makanan.

Prof. Muktiningsih mengakui bahwa penelitian tersebut tidak mudah dilaksanakan. Mereka mengalami banyak tantangan dan kesulitan. Namun, tim sepakat dan bekerja sama dalam menyelesaikannya agar berguna bagi masyarakat dan bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com