Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perjuangan Guru Muslikin, Butuh Waktu 2 Jam Mengajar ke Sekolah

Kompas.com - 06/09/2022, 09:49 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Muslikin, Kepala SMPN 2 Gunung Bayan, Kecamatan Muara Pahu, Kabupaten Kutai Barat (Kubar) butuh dua jam lebih menempuh perjalanan menggunakan motor trail dari rumah ke sekolah. Itu pun jika kondisi cuaca bersahabat.

Jika tidak bersahabat, butuh hampir tiga jam melalui jalan tanah yang licin.

Baca juga: Mengenal SMA Pradita Dirgantara, Sekolah Terbaik Ke-3 di Indonesia

Bahkan, seringkali dirinya meninggalkan motor di tengah jalan dan menumpang kendaraan proyek jika medan tidak bisa dilalui.

Namun, walaupun harus bangun jam 4 subuh setiap hari, Muslikin tetap bahagia menjalani kesehariannya.

Motivasinya sederhana, karena dia ingin melihat kualitas pendidikan di SMPN 2 Gunung Bayan meningkat.

"Saya tahu kualitas pendidikan di sini. Dengan niat itu saya ingin mengubah kondisi ini," ucap dia dalam keterangannya yang diterima Kompas.com, Selasa (6/9/2022).

Lulusan pascasarjana Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman ini memastikan akan terus berupaya melakukan perubahan sekecil apapun untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kubar.

"Oleh karena itu pada tahun 2020 saya memberanikan diri mendaftar sebagai fasilitator Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Tanoto Foundation. Menurut saya ini adalah langkah awal untuk melakukan perubahan," ucap dia.

Baca juga: 10 SMA Terbaik di Jakbar dan Jaktim Berdasarkan Nilai UTBK 2022

Muslikin bercerita, saat ingin bergabung sebagai fasilitator MBS, dirinya sempat ditanya soal komitmen.

"Waktu tes pertama sudah ditanya juga, bagaimana menjaga komitmen karena rumah jauh dari sekolah. Pulang pergi ke sekolah bisa lima jam. Belum lagi jika ada urusan di kantor dinas pendidikan," ungkap dia.

Informasi tentang Tanoto Foundation sendiri didapatnya dari rekan-rekannya di Kutai Kartanegara. Setelah mencari tahu tentang visi misi serta program-program pelatihan Tanoto Foundation, Muslikin tertarik untuk bergabung.

"Bak gayung bersambut, setelah itu saya mendengar ada kerja sama antara Tanoto Foundation dengan Pemerintah Kabupaten Kubar. Saya pun antusias mendaftar, walaupun sekolah saya bukan sekolah mitra," jelas pria yang sudah terjun ke dunia pendidikan sejak lulus CPNS di tahun 1999.

Berbagai ilmu yang didapat saat jadi fasilitator diterapkannya dalam aktivitasnya sebagai kepala sekolah, salah satunya di bidang IT atau digital.

Baca juga: SMAK St. Louis 1 Jadi Sekolah Swasta Terbaik Indonesia, Ini Profilnya

"Di awal saya menjabat kepala SMPN 2 Gunung Bayan ini, dunia digital hampir tidak pernah disentuh sekolah. Alasannya, selain karena akses ke sekolah jauh, juga keterbatasan jaringan internet," ungkap dia.

Namun, seiring berjalannya waktu, dengan pengetahuan yang didapatkan saat mengikuti berbagai pelatihan dan pendampingan, dirinya bisa meningkatkan kemampuan digital siswa walaupun jaringan sampai sekarang belum masuk ke wilayah sekolahnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com