Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Alumnus UNS, Dulu Sopir Kini Jadi CEO Kebab Turki Baba Rafi

Kompas.com - 02/09/2022, 19:43 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Alumnus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Eko Pujianto membagikan perjalanan kariernya menjadi CEO Kebab Turki Baba Rafi.

Kebab Turki Baba Rafi bermula dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) gerobakan dan kini bisa berkembang menjadi salah satu jaringan waralaba kebab terbesar di dunia.

Eko Pujianto yang saat ini menjabat sebagai CEO Kebab Turki Baba Rafi/PT Sari Kreasi Boga Tbk ini mengaku bahwa sebelumnya dirinya tidak menekuni dunia bisnis sejak awal.

"Saat merantau ke Jakarta saya bekerja sebagai sopir. Tapi di sisi lain saat itu saya juga ngikutin salah satu orang yang punya bisnis bagus. Hal ini kemudian membuat saya belajar juga tentang financial," terang Eko seperti dikutip dari laman UNS, Jumat (2/9/2022).

Baca juga: Pakar UMM Ungkap Dampak Ribuan Mahasiswa Baru yang Banjiri Malang

Kebab baba rafi melantai di bursa saham

Berkat usahanya, Kebab Turki Baba Rafi menjadi salah satu UMKM yang menembus pasar global.

Eko bersyukur Kebab Turki Baba Rafi dapat terus bertumbuh dan mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

Tak hanya itu, PT Sari Kreasi Boga Tbk yang menaungi Kebab Baba Rafi juga sudah IPO atau tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten RAFI.

"Saat ini, Kebab Turki Baba Rafi sudah memiliki 1.300 cabang di 10 negara dalam waktu 13 tahun," ungkap Eko.

Setelah berhasil IPO, Eko merasa luar biasa bangga. Karena end level dari sebuah perusahaan adalah yang terbuka. Dengan adanya IPO, tim dan manajemen perusahaan diharapkan semakin terkelola dengan baik, rapi, juga profesional.

Baca juga: 15 Jurusan Kuliah dengan Gaji Tinggi di Amerika

IPO bisa dapat akses pemodalan

Dengan begitu dapat menciptakan kepercayaan di masyarakat. Selain itu dengan IPO juga mendapatkan akses pemodalan.

Eko menyampaikan, setelah IPO secara perusahaan dan brand bisa lebih percaya diri, lebih dikenal. Serta tak ketinggalan, dapat memicu pelaku UMKM lain untuk turut melantai pula di pasar modal Indonesia.

"Yang perlu diingat untuk IPO tak perlu menunggu bisnis besar terlebih dahulu. Tapi jadilah besar dengan IPO," imbuhnya.

Dia menambahkan, ketika ingin memulai bisnis di Food and Beverages (F&B), akan menghadapi dengan kerigidan dan kerumitan yang luar biasa tapi ini terpola.

"Maka harus kita kontrol betul dan jangan sampai lengah. Misalnya saja memastikan apakah stok yang ada sinkron dengan penjualan, karena dalam bisnis ini uang tak hanya dalam bentuk fisik saja," tutur Eko.

Baca juga: Tips Jawab Besaran Gaji yang Diinginkan Saat Wawancara Kerja

Efisiensi saat memasak, ketersediaan stok juga termasuk uang. Maka pahami betul sistem bisnis Food and Beverage adalah hal yang penting. Selain itu, perlu dipastikan produk yang dijual enak dan disukai konsumen.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com