Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Mengglobal Dukung Generasi Muda Kuliah di Luar Negeri

Kompas.com - 01/09/2022, 19:04 WIB
Angela Siallagan,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Data yang diperoleh dari UNESCO Institute for Statistics (UIS), terdapat 53.604 mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri pada tahun 2021.

Meski nampaknya cukup banyak, tetapi jumlahnya masih sangat rendah bila dibandingkan negara-negara lain, dengan populasi yang jauh lebih sedikit daripada Indonesia, seperti Nepal, Iran, dan Vietnam.

Malaysia sendiri yang memiliki populasi sebesar Provinsi Jawa Tengah pun, memiliki lebih banyak mahasiswa yang studi di luar negeri dari pada Indonesia, dengan jumlah 59.144 orang.

Indonesia Mengglobal, organisasi nirlaba yang dijalankan puluhan anak muda berprestasi, memiliki misi untuk memperluas akses informasi pendidikan dan menginspirasi masyarakat Indonesia untuk mewujudkan mimpinya berkuliah, mendapatkan beasiswa, maupun berkarier di tingkat global di perayaan hari jadi ke-10.

Baca juga: 5 Program Beasiswa S1-S2 Inggris, Beri Biaya Kuliah hingga 100 Persen

Indonesia Mengglobal didirikan pada 2012 oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di Stanford University. Kini, Indonesia Mengglobal telah berkembang sebagai portal informasi yang memfasilitasi diskusi bagi masyarakat Indonesia yang ingin melanjutkan Pendidikan dan mengembangkan karier di kancah dunia.

Bersamaan dengan HUT RI ke-77, Indonesia Mengglobal mengajak mahasiswa Indonesia mengukir prestasi dan melanjutkan pendidikan sampai ke kancah global.

Dengan mengundang tiga panelis dari mahasiswa Indonesia yang berprestasi, Indonesia Mengglobal gelar wicara yang bertajuk “To IMFinity and Beyond: Turning Trials into Triumph-Making the Most Opportunities to Study Abroad” yang diselenggarakan di @America Pacific Place, Jakarta, pekan lalu.

Ketiga panelis tersebut yakni Dwinanda Ardhi (alumni Duke University & Presiden Indonesia Mengglobal), Indah Shafira Zata Dini (alumni Harvard University), dan David Orlando (alumni Yale University).

Baca juga: Biaya Kuliah S1-S2 di Kampus Top Dunia: MIT, Stanford, Harvard

 

Ketiganya berbagi inspirasi kepada 100 peserta tentang bagaimana mendapatkan kesempatan studi lanjut ke luar negeri dengan beasiswa.

Kuliah di luar negeri, peluang untuk bertumbuh dan mengubah mindset

Indonesia Mengglobal memfasilitasi calon-calon mahasiswa Indonesia yang berencana melanjutkan studi ke luar negeri, seperti program Mentorship dan PhD Bootcamp.

Pose bersama para panelis, panitia, dan peserta acara perayaan ulang tahun satu dekade Indonesia Mengglobaldok.Kemendikbudristek Pose bersama para panelis, panitia, dan peserta acara perayaan ulang tahun satu dekade Indonesia Mengglobal

Indah Shafira sendiri mengungkapkan bahwa dirinya merasa terbantu oleh program mentorship Indonesia Mengglobal saat sedang berburu kesempatan untuk studi di Harvard Graduate School of Education.

Konsultan pendidikan di World Bank tersebut menjelaskan bahwa struktur program dan penugasan yang jelas dari program Mentorship Indonesia Mengglobal sangat membantu persiapan studinya.

“Menurutku program Mentorship Indonesia Mengglobal sangat-sangat membantu mempersiapkan studi ke luar negeri karena tugas-tugasnya sangat terstruktur dan jelas. Jadi momentumnya tepat sekali untuk mendaftarkan diri ke program tersebut jika kalian sedang mempersiapkan diri untuk studi ke luar negeri,” ungkap Indah.

Baca juga: Erick Thohir Sebut 9 Pekerjaan Bakal Hilang di 2030, Ada Pekerjaanmu?

Menimba ilmu di luar negeri bukan sekadar mengecap pendidikan saja, tetapi juga kesempatan untuk untuk tumbuh, baik secara profesional maupun personal.

Sementara itu, David Orlando Kurniawan menuturkan bahwa dirinya merasakan perubahan dan perkembangan pasca studi di luar negeri dengan beasiswa.

“Saya sendiri merasakan perubahan mindset untuk berani mencoba hal-hal yang baru karena banyak sekali hal yang bisa diinterpolasikan. Selain itu, soal kebiasaan mengapresiasi juga. Awalnya takut untuk ngomong di depan kelas, tetapi karena sering diapresiasi jadi lebih berani untuk memberikan argumen atau tanggapan,” tutur associate di McKinsey sekaligus mentor di program Mentorship Indonesia Mengglobal saat masa pandemi.

David menambahkan bahwa kesempatan untuk belajar di luar negeri turut membantu mengubah cara pandangnya dalam menghadapi masalah. Berdiskusi dengan teman-teman dari berbagai negara membuatnya sadar bahwa cara ia menyelesaikan suatu masalah belum tentu paling benar, tergantung konteks dari masalah tersebut.

Dwinanda Ardhi sejalan dengan pendapat David. Dia mengungkapkan pengalamannya berdiskusi dengan pembuat kebijakan dari berbagai negara dengan pengalaman mumpuni yang kemudian memperkaya cara pandangnya dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan mengenyam pendidikan masih terkendala oleh berbagai faktor seperti stigma negatif bagi kaum perempuan dan Indonesia Timur.

Baca juga: BCA Buka Magang Bakti 1 Tahun Lulusan SMA-SMK dan D1-S1, Segera Daftar

Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 2020, menunjukkan rasio mahasiswa S1 yang melanjutkan studi S2 hanya sekitar 4.25 persen, bahkan yang melanjutkan ke jenjang S3 lebih sedikit lagi dengan 0.59 persen.

Menurut Indah, masih ditemukan banyak stigma negatif yang melekat bagi kaum perempuan yang mengenyam pendidikan tinggi. Dia mengatakan bahkan teman sesama peraih beasiswa saja masih ada yang kurang saling mendukung.

Dina Rahmawati Farel Prayoga, disebut terikat kontrak oleh sebuah label musik selama 5 tahun.

Dia pernah mendengar ada orang yang bertanya kepadanya, “apa kamu enggak takut susah dapat jodoh kalau kuliah S2 di Harvard University dalam keadaan masih single?” Indah mengaku terkejut mendengar celotehan temannya.

Dengan nafas semangat 77 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Indonesia Mengglobal berupaya menyeimbangkan ketimpangan pendidikan yang masih ada di antara Indonesia bagian Barat dan Timur.

Salah satu cara yang dilakukan yakni menyediakan program-program strategis bagi calon-calon mahasiswa Indonesia dari Timur.

Lebih lanjut, Dwinanda Ardhi selaku Presiden Indonesia Mengglobal tahun 2021-2022 menjabarkan tentang visi Indonesia Mengglobal yang senantiasa mencoba menjangkau calon-calon mahasiswa Indonesia di daerah timur agar memiliki kesempatan yang sama untuk mengglobal.

“Sejak dua tahun terakhir kami terus mencoba untuk menjangkau mereka yang dari Indonesia Timur. Sementara calon mahasiswa dari Indonesia timur memerlukan effort yang lebih bahkan untuk mengambil tes bahasa saja. Jadi enggak equal kan, ungkapnya”

Selain itu, Dwinanda juga menyampaikan bahwa mereka melaksanakan webinar “Mengglobal dari Timur” dengan menggandeng belasan kampus dan melibatkan ratusan mahasiswa dari Indonesia Timur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com