Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Guru Nahlia, Raih Juara di Kompetisi Paduan Suara Bergengsi Dunia

Kompas.com - 09/08/2022, 15:22 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Menjadi bagian dari tim paduan suara Batavia Madrigal Singers, guru musik Sekolah Cikal, Nahlia Aryanti Emtiaz Rianto turut mewakili Indonesia meraih juara di kompetisi paduan suara tertua dan bergengsi dunia, European Grand Prix (EGP) for Choral Singing 2022 di Tours, Perancis.

Guru yang akrab disapa Ai itu telah mengajar sejak tahun 2012, baik untuk program bahasa Inggris maupun program musik.

Ai bercerita bahwa dirinya memiliki minat yang tinggi untuk mengasah kompetensinya di bidang seni vokal sejak kuliah.

“Sejak kecil aku suka menyanyi, dan tidak menyangka dapat ikut kompetisi Choir mewakili Indonesia. Dulu, aku baru serius mengasah minatku di Paduan Suara Paragita di Universitas Indonesia saat kuliah," ucapnya dalam keterangan tertulis Sekolah Cikal.

Baca juga: Kisah Guru Betty, Raih Penghargaan Internasional karena Empati Tinggi

Menurutnya, seni musik dan seni vokal dapat membuat banyak orang bahagia baik sebagai hobi maupun pendamping di waktu luang.

“Hal yang membuat aku suka seni vokal itu adalah bisa buat bahagia diri sendiri dan orang lain. Express and impress,” tambahnya.

Batavia Madrigal Singers Dok. Sekolah Cikal Batavia Madrigal Singers

Saat ditanya bagaimana dirinya bisa bergabung dengan paduan suara Batavia Madrigal Singers yang merupakan paduan suara paling terkemuka di Indonesia, Ai mengungkap bahwa ia harus mengukuti audisi yang cukup ketat.

“Awal ikut Batavia Madrigal Singers itu di tahun 2012, aku mencoba ikut melalui audisi. Banyak sekali dukungan dari teman untuk audisi saat itu. Nah, kalau untuk tim lomba sendiri waktu itu terdapat audisi terbuka untuk seluruh anggota. Mengingat pandemi yang sudah berlangsung 2 tahun, salah satu indikatornya adalah tentunya dengan audisi yang ketat, melihat suara (karena suara bisa berubah) dan keaktifan juga,” ceritanya.

Menikmati peran sebagai guru

Di tengah persiapannya mewakili Indonesia di tim paduan suara, Ai menyatakan bahwa ia tetap menyeimbangkan perannya sebagai seorang guru yang menikmati perannya bersama anak-anak dengan tetap mengajar dari pagi hingga sore, baru kemudian ia berlatih dengan rekan rekan profesi lainnya di tim paduan suara di malam hari.

“Aku tetap mengajar dan berlatih. Mengajar kulakukan di pagi sampai sore hari. Paduan suara itu latihan di malam hari, dan akhir pekan. Jadi, aku bisa menyeimbangkan dan bukan jadi sebuah tantangan. Mengingat juga banyak teman-teman yang bekerja kantoran di pagi sampai sore,” ucap Ai.

Ia juga mengucapkan syukur atas dukungan Sekolah Cikal yang menjadi rumah baginya mengajar dan mendampingi pertumbuhan anak-anak.

Baca juga: Beasiswa BRI 2022 bagi Mahasiswa S1, Biaya Kuliah hingga Peluang Kerja

“Alhamdulillah Cikal dalam hal ini selalu berikan izin kepadaku saat pergi mewakili Indonesia sejak 2016-2019 di tugas kompetisi paduan suara. Dalam hal ini, aku juga sudah berkomitmen dengan diriku sendiri dan dengan sekolah Cikal agar tidak terhambat mengajar,” jelas Ai yang pernah juga mengikuti Tolosa Choral Contest di Spanyol tahun 2016 bersama tim paduan suara yang diikutinya mewakili Indonesia dan meraih juara umum.

Sebagai seorang guru atau pendidik yang memiliki minat di bidang musik, Ai menceritakan juga momen awal ia melangkah dan terpanggil menjadi seorang guru.

Momen awal itu bermula dari menyaksikan kebahagiaan murid-muridnya berproses dan berkarya di bidang musik.

“Dulu, saat kuliah aku merupakan guru Paduan suara anak. Ketika melihat anak-anak muridku mengikuti lomba dan konser yang dipersiapkan, naik ke atas panggung, melihat mereka berproses, dan melihat mereka bisa menampilkan apa yang sudah mereka upayakan, hatiku mengatakan “kok ini.. perasaan ini menyenangkan, kok aku ingin melakukan ini terus ya?” Sepertinya menjadi guru merupakan peran yang aku inginkan seumur hidupku,” ceritanya dengan nada suara terharu.

Baca juga: 7 Beasiswa S1-S3 ke Jepang, Tunjangan hingga Rp 17 Juta Per Bulan

Dalam praktiknya, ia yang telah lama berdedikasi sebagai guru pun menyatakan bahwa menjadi guru tidak akan membuat guru itu kekurangan ilmu, melainkan bertambah ilmu dan bertambah kebahagiaan.

“Buatku menjadi guru itu berarti kita setiap hari memberi, memberi apa yang kita tahu, value, on the other hand, memberikan sesuatu yang tidak akan pernah kekurangan. Kita sebagai guru memberikan ilmu ke banyak orang, murid-murid kita, maka ilmu itu tidak akan berkurang, you’ll never know what you can get from your students,” ucapnya.

Di akhir perbincangan, Ai menuturkan sebuah pesan singkat untuk para guru Indonesia untuk tetap mengembangkan minat di waktu senggang di bidang apapun yang disukai.

“Aku tahu bahwa setiap orang punya kebebasan untuk memilih kegiatan yang disukai. Apabila ingin mendalami minat sambil mengajar, maka alangkah baiknya mengetahui dulu apa yang membuat Anda senang, apa yang kira-kira bisa membuat Anda mengisi kembali semangat setelah bekerja. Apa pun itu, setelah menemukannya, lakukanlah selagi bisa, selagi ada waktu atau senggang, paling tidak 30 menit saja untuk menjalani yang disukai dan membuat diri kembali bersemangat untuk menjalankan peran sebagai guru bagi anak-anak Indonesia," tutup Ai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com