Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/08/2022, 20:06 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Jumlah perokok pada usia anak sekolah dan remaja semakin meningkat setiap tahunnya.

Padahal usia remaja merupakan masa transisi dan rentan bila merokok.

Baca juga: Sosok Michael Agung, Lulus Kuliah dari ITB dengan Nilai IPK 3,99

Menurut Dosen Prodi Teknologi Laboratorium Medis (TLM) UM Surabaya Vella Rohmayani, usia remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta memiliki gejolak emosi.

Dengan begitu, bisa lebih mudah melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan maupun norma sosial di kalangan masyarakat, salah satunya perilaku merokok.

Dia menyebut, beberapa penelitian di Indonesia menyatakan kebanyakan seseorang mulai mengonsumsi rokok saat duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sekitar usia 12 tahun.

Namun kebiasaan merokok di kalangan anak usia sekolah paling sering terjadi saat siswa duduk di bangku SMA.

"Kegiatan merokok tentu memiliki efek buruk bagi kesehatan, karena rokok memiliki beberapa komponen yang bersifat toxic bagi tubuh, yaitu karbon monoksida, tar, dan nikotin," ucap dia melansir laman UM Surabaya, Senin (8/8/2022).

Dia menjelaskan, karbon monoksida adalah salah satu kandungan berbahaya dari rokok.

Karbon monoksida memiliki kemampuan mengikat hemoglobin dalam darah 200 kali lebih kuat jika dibandingkan dengan oksigen.

Baca juga: Guru Besar IPB Ini Soroti Dampak Kenaikan Tarif Masuk Pulau Komodo

"Peningkatan kadar karbon monoksida dalam darah dapat menyebabkan terjadinya ganguan pernapasan, sakit kepala, serta depresi yang mana dalam jangka panjang tentu dapat mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan yang serius," jelas dia.

Kemudian, kandungan rokok yang berbahaya bagi tubuh adalah tar.

Zat ini, lanjut dia, dapat mengendap dalam paru paru, serta dapat mengganggu fungsi rambut yang melapisi permukaan organ paru-paru.

Sehingga kemampuan paru-paru untuk menyaring zat berbahaya, seperti bakteri maupun kuman yang masuk dapat menurun.

Tak hanya itu, nikotin juga menjadi salah satu komponen rokok yang berbahaya bagi tubuh.

Zat ini dapat membuat seseorang menjadi ketagihan, dapat merusak jaringan pada otak, menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, serta masalah kesehatan lainnya.

Melihat bahaya kandungan pada rokok, dia menegaskan, tentu perilaku merokok pada anak sekolah atau remaja akan berpengaruh buruk bagi kesehatan mereka.

Anak sekolah atau remaja yang merokok biasanya akan mengalami gejala kurang fokus belajar, sulit memahami pelajaran, karena mengalami penurunan daya tangkap, kurang aktif, mengalami gangguan kecemasan, hingga menyebabkan anak tersebut mengalami depresi.

Baca juga: Dosen UM Surabaya Ingatkan Bahaya Ini Bila Sering Tidur Tengah Malam

"Oleh sebab itu menjadi penting bagi kita untuk menciptakan ruang tanpa rokok, serta melakukan langkah-langkah pencegahan merokok terutama pada kalangan anak sekolah atau remaja," tukas dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com