Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar IPB Ini Soroti Dampak Kenaikan Tarif Masuk Pulau Komodo

Kompas.com - 08/08/2022, 11:31 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kenaikan tiket wisata di Pulau Komodo dari Rp 200.000 menjadi Rp 3,75 juta pada beberapa waktu lalu menimbulkan kegaduhan.

Tidak hanya bagi wisatawan lokal, tapi termasuk wisatawan luar negeri.

Tidak hanya itu, para pekerja pariwisata mogok kerja karena khawatir sepi pengunjung dan pendapatan mereka terganggu akibat kenaikan ini.

Baca juga: Sosok Michael Agung, Lulus Kuliah dari ITB dengan Nilai IPK 3,99

Asosiasi Agen Perjalanan Wisata Indonesia mengatakan ribuan pengunjung domestik dan mancanegara telah membatalkan rencana kunjungan mereka ke pulau komodo.

Akumulasi kerugian akibat pembatalan diperkirakan mencapai satu triliun rupiah.

Pemerintah beranggapan kenaikan harga ini diperlukan untuk melestarikan habitat kadal purba raksasa ini.

Di balik itu, rencana menjadikan Pulau Komodo sebagai ikon yang terinspirasi dari Pulau Isla Sorna di film Jurassic Park turut mengundang kekhawatiran para konservasionis.

Sebelum pandemi, obyek wisata yang telah dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO ini berhasil menarik hampir 222.000 pengunjung pada tahun 2019.

Tidak hanya menarik pelancong dari berbagai belahan dunia, tetapi juga ilmuwan di seluruh dunia.

Hal ini karena keberadaannya dapat mengungkap rahasia kehidupan satwa di jaman purba karena komodo merupakan satwa peninggalan masa purba yang masih dapat bertahan hidup sampai saat ini.

Menyoroti hal tersebut, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Prof. Ronny Rachman Noor buka suara.

Baca juga: Dosen UM Surabaya Ingatkan Bahaya Ini Bila Sering Tidur Tengah Malam

Menurut dia, saat ini diperkirakan jumlah komodo yang tersisa hanya berjumlah 3.000 ekor.

"Tidak dapat dipungkiri bahwa kenaikan harga bagi wisatawan yang ingin melihat kadal raksasa purba ini membenturkan dua kutub kepentingan yang saling bertolak belakang," kata dia melansir laman IPB, Senin (8/8/2022).

Bagi konservasionis satwa liar, katanya, kenaikan harga yang spektakuler ini dinilai merupakan kapitalisasi komodo yang bertujuan untuk mendongkrak pendapatan negara.

Dia menyatakan, menjadikan komodo sebagai atraksi wisata sah-sah saja. Namun demikian, komodo bukan satwa liar biasa, tapi sudah menjadi milik dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com