Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Imam Farisi
Dosen

Dosen FKIP Universitas Terbuka

Mengapa Dosen Tak Tertarik Menulis di Media Massa?

Kompas.com - 07/08/2022, 11:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SALAH satu tugas utama dosen sebagai pendidik profesional dan ilmuwan adalah menyebarluaskan (mempublikasikan, mendiseminasikan) ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui beragam media atau forum.

Misalnya forum kuliah, buku, jurnal ilmiah, pertemuan ilmiah (seminar/konferensi), prosiding, media massa, majalah dan lain.

Dari beragam media atau forum tersebut paling banyak dan intensif melalui kuliah, jurnal, seminar, atau buku.

Sangat jarang dosen mempublikasikan hasil pemikiran dan/atau penelitiannya melalui media massa.

Ada banyak alasan yang bisa dikemukakan. Tetapi yang paling utama adalah alasan “prestasi dan prestise”.

Bagi sebagian (besar) dosen, menulis di media massa masih dipandang BUKAN sebagai sebuah prestasi kepakaran yang memberikan harapan akademik secara layak, memadai, dan menjanjikan.

Karena bukan sebuah prestasi, menulis di media massa dipandang tidak memiliki civil effect yang menghadirkan kebanggaan, baik terhadap diri sendiri, komunitas dosen, maupun terhadap institusinya.

Sangat berbeda jika seorang bisa mempublikasikan artikel di jurnal/prosiding ilmiah nasional terakreditasi, bahkan internasional bereputasi.

Apalagi bisa menembus Scopus Q1, Q2, dst., atau WoS dengan index dan impact factor yang tinggi. Decak kagum, dan acungan jempol dari kolega, komunitas, dan institusinya pun akan diterima.

Publikasi di jurnal atau prosiding seminar adalah paduan simbolis antara “memelihara tradisi akademik” (maintain academic tradition) dan “unjuk prestasi dan kebanggan akademik” (show academic achievement and pride).

Karena itu, tidak heran jika para dosen “berlomba-lomba” untuk mempublikasikan karya-karya ilmiahnya ke jurnal ilmiah dan/atau prosiding yang terakreditasi atau bereputasi daripada publikasi di media massa (Farisi, 2022).

Belum lagi insentif dan penghargaan yang akan diterima. Yang pasti, publikasi di jurnal terakreditasi atau bereputasi menjadi syarat bagi dosen yang akan mengajukan kenaikan jabatan fungsional Lektor kepala dan Profesor.

Juga merupakan tugas profesional dosen yang wajib ditunaikan sebagai Beban Kerja Dosen (BKD) setiap semester. Tak ada satupun klausul yang menyebut syarat publikasi di media massa.

Insentif berupa angka kredit (kum) untuk publikasi di jurnal nasional terakreditasi, jurnal/prosiding internasional bereputasi, atau dalam bentuk buku sangat fantastik, antara 10—40 kum. Sedangkan publikasi di media massa cukup dihargai 1 kum, dan 0.25 sks untuk BKD.

Insentif lain berupa biaya tambahan untuk publikasi di jurnal/prosiding/buku pun lumayan besar. Ada pada kisaran Rp 2.000.000 - Rp 65.000.000. Sedangkan publikasi di media massa sebesar Rp 2.000.000 (PMK 123/2021).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com