Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyandang Disabilitas Harus Hati-hati dalam Bermain Medsos

Kompas.com - 03/08/2022, 18:42 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara (Untar), Roswita Oktavianti mengatakan anak-anak penyandang disabilitas (down syndrome) perlu percaya diri atau tidak perlu takut membuat media sosial (medsos).

Demikian disampaikan Roswita dalam acara kegiatan webinar berjudul "Bijak Berkomunikasi dan Berinteraksi di Dunia Maya bagi Penyandang Disabilitas Intelektual" yang diadakan Komunitas Peduli Down Syndrome (KPDS) bersama Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara (Untar) dan Pusat Bimbingan dan Konsultasi Psikologi (PBKP) Untar.

Baca juga: Kisah Haru Ibu Wakili Wisuda S1 di Unesa karena Anaknya Telah Tiada

"Memiliki akun medsos dan menunjukkan kegiatan sehari-hari, justru akan mengedukasi sekaligus menyadarkan pengguna internet tentang keberadaan anak-anak down syndrome," kata dia dalam keterangannya, Rabu (3/8/2022).

Namun, ada yang perlu diperhatikan oleh anak-anak down syndrome, saat membuat akun di medsos.

Di antaranya, yaitu mempersiapkan mental menghadapi haters, potensi perundungan (bullying), dan dislike (tidak suka) dari pengikut.

Di sinilah, kata dia, orangtua dan pengasuh, sebagai orang terdekat harus bisa bertugas mendampingi dan memberikan dukungan kepada anak-anak.

Dia mengaku, anak-anak down syndrome, orangtua, dan pengasuh juga perlu memperhatikan konten yang akan diunggah.

Dia menjelaskan, jika tujuan bermedia sosial adalah ingin meningkatkan kesadaran tentang keberadaan anak-anak down syndrome pada pengguna internet lain, maka konten yang diunggah perlu menarik, menghibur dan membawa manfaat bagi yang melihat.

"Sederhana saja, kalau konten yang kita unggah sudah membuat orang yang melihatnya tersenyum, artinya konten kita sudah menghibur," jelas dia.

Baca juga: Kasus Meme Stupa Roy Suryo, Pakar Unair: Kebebasan Berekspresi yang Lewat Batas

Anggota dari Divisi Pengembangan KPDS, Anita Ratnasari mengatakan, orangtua dari anak-anak down syndrome memiliki tantangan besar dalam menghadapi kehidupan di dunia maya.

"Orangtua dan anak-anak disabilitas intelektual perlu mendapat bekal bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi di dunia maya karena mereka akan menjadi harapan dan tumpuan bagi bangsa Indonesia, kita perlu mempersiapkan agar mereka juga bisa maju dan bermartabat," jelas dia.

Salah satu peserta, Apri Kuncoro dari SLB Putra Mannggal Gombong berpesan agar teman-teman disabilitas intelektual menyaring pertemanan mereka di medsos, untuk menjaga kesehatan mental.

Bahkan, dia setuju untuk tidak menerima atau memblokir pertemanan jika komentar atau pesan pengguna tersebut sudah menganggu.

"Kita perlu selektif memilih teman di media sosial karena akan membawa dampak pada proses pendewasaan anak-anak," ungkapnya.

Asal tahu saja, dari hasil survei yang diisi oleh 25 peserta berusia 11-27 tahun.

Sebanyak 24 penyandang disabilitas intelektual mengaku memiliki medsos.

Baca juga: Sosok Michael Agung, Lulus Kuliah dari ITB dengan Nilai IPK 3,99

Ini menunjukkan anak-anak disabilitas intelektual menggunakan medsos. Rata-rata penyandang disabilitas intelektual memiliki 1-2 akun medsos dengan penggunaan paling aktif pada media sosial Instagram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com