Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Aulia, Siswi Penyandang Tunanetra Raih Cita-cita Masuk UGM

Kompas.com - 02/08/2022, 11:16 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - "Meski dengan kondisi terbatas, yang penting tetap semangat. Jangan pernah menganggap diri kita tidak bisa, kita bisa melakukan apa yang orang umumnya lakukan walau dengan keterbatasan."

Itulah pesan Aulia Rachmi Kurnia, penyandang tunanetra yang kini berhasil masuk di Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) 2022/2023.

Kebutaan tidak menghambat Aulia menggapai cita-cita dan pendidikan tinggi. Meski perjuangannya menjalani pendidikan dari tingkat dasar hingga UGM bukanlah hal yang mudah.

Baca juga: Biaya Kuliah Kedokteran di 5 Kampus Swasta Terbaik Indonesia 2022

Sempat berhenti sekolah hingga berani hidup mandiri

Aulia merupakan anak pertama dari Muhammad Syukur (53) dan Mira Susanti (45), pasangan yang bekerja sebagai buruh pabrik kayu.

Ia bercerita kalau dirinya tidak mengalami kebutaan sejak lahir.

“Saya mulai tidak bisa melihat itu sejak kelas 2 SD,” ungkapnya, Senin (1/8/2022), dilansir dari laman Universitas Gadjah Mada.

Ia bercerita, kebutaan yang dideritanya bermula saat usia 5 tahun. Kala itu ia mengalami demam yang cukup tinggi dan ada kesalahan dalam pemberian obat yang mengakibatkan kehilangan kesadaran selama 3 minggu.

Begitu tersadar, penglihatannya sudah tidak bisa berfungsi optimal, semuanya terlihat kabur.

Kondisi tersebut terus berlangsung hingga Aulia duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar. Kala itu, ia mulai kehilangan penglihatan pada salah satu matanya. Hingga akhirnya ia kehilangan penglihatannya secara total setahun kemudian.

“Saat tidak bisa melihat saya tidak merasa gimana-gimana. Seperti anak kecil pada umumnya, tetap bermain. Bahkan, naik sepeda karena enggak bisa gowes ya pakai kaki aja,” kata gadis kelahiran Jakarta 17 Desember 1998 ini.

Baca juga: Kisah Putri, Siswi Madrasah Anak Petani, Raih Beasiswa Kuliah ke Kanada

Karena kondisinya yang sudah tidak bisa melihat lagi, keluarga pada akhirnya memutuskan untuk Aulia berhenti sekolah terlebih dahulu.

Sejak tahun 2006, Aulia tidak lagi melanjutkan sekolah untuk fokus menjalani terapi maupun pengobatan.

Beragam upaya telah ditempuh oleh keluarga untuk kesembuhan Aulia, namun belum bisa mendapatkan hasil yang positif. Akhirnya, keluarga berusaha untuk ikhlas

Meski begitu, Aulia amat tegar dan tak kenal putus asa. Ia tidak merasa sedih atas kondisi dirinya yang kekurangan.

Semangat untuk menjalani hidup dan bersekolah layaknya anak-anak lain pada umumnya sangat besar. Ia pun mulai melanjutkan sekolah di tahun 2014 silam.

Semangat Aulia untuk melanjutkan sekolah patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, di tengah keterbatasannya, ia tak ragu untuk sekolah jauh dari ibu kota.

Kemauan kuatnya untuk mandiri dan dorongan dari keluarga besarnya akhirnya memantapkan niatnya untuk mencari ilmu hingga ke Yogyakarta.

“Mulai 2014 saya lanjut ke salah satu SLB di Yogyakarta yakni SLB Yaketunis dari bangku SD hingga SMP. Itu awalnya Ayah Ibu kurang setuju karena kan jauh dari rumah, namun om dan tante meyakinkan kami dan buktinya saya berhasil mandiri,” tuturnya.

Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?

Lepas bangku SMP, Aulia pun melanjutkan pendidikan ke SMP negeri. Ia masuk melalui jalur afirmasi bagi penyandang disabilitas dan diterima di SMA N 1 Sewon Bantul.

Selama menjalani masa SMA dia tidak merasa kesulitan untuk berbaur dengan pelajar lainnya. Ia merasa diterima dengan baik dan tidak sedikit teman yang membantunya selama belajar hingga lulus SMA.

Aulia memang anak yang tidak bisa hanya diam berpangku tangan. Selain sekolah ia juga aktif dalam cabang olahraga Goalball atau bola gawang yang dikhususkan bagi tunanetra.

Lewat Goalball ini sukses menghantarkannya bersama tim meraih sejumlah prestasi. Beberapa di antaranya adalah juara 1 cabang olahraga Goalball dalam Pekan Olah Raga Daerah (PORDA) DIY tahun 2019 dan juara 3 di Kejuaraan Goalball Tingkat Nasional 2018.

Sempat gagal masuk UGM

Keinginan untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya tetap membara di hati Aulia.

Selepas SMA ia memantapkan hati untuk ikut ujian masuk perguruan tinggi melalui jalur UTBK dengan pilihan pertama di UGM, namun gagal.

Baca juga: Hanya 20 dari 4.500 Kampus Indonesia Masuk Ranking Dunia, Ini Kata Kemendikbud

Tak patah arang, ia kembali mencoba mengikuti ujian lewat jalur CBT UGM. Rupanya hasil tidak mengkhianati usaha, ia diterima di prodi impiannya yakni Sastra Indonesia UGM.

“Saya itu hobi menulis, membuat puisi jadi senang sekali akhirnya bisa diterima di Sastra Indonesia karena di situ saya bisa semakin tertempa,” ucapnya.

Aulia berharap kelak ia dapat menjalani kuliah di UGM dengan lancar. Ia yakin bisa menyelesaikan kuliah dengan baik terlebih dahulu di UGM yang merupakan kampus inklusif dan ramah bagi penyandang disabilitas.

Sejak awal mengikuti tes, ia menerima fasilitasi dari UGM seperti pendampingan saat di lokasi dan penyediaan perangkat khusus saat ujian.

“Harapannya dengan kuliah di UGM bisa sukses dan lebih baik lagi ke depannya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com