Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/07/2022, 13:50 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) mengadakan webinar dengan tema Braind Friendly Learning bersama Dr. dr. Hermanto Tri Joewono SP OG (K) pada Selasa (19/7/2022).

Kegiatan diawali dengan pengenalan tentang Brain Friendly Learning, yang dapat dipahami sebagai kerja otak dalam hal pembelajaran dan pendidikan.

Baca juga: Pakar Unair Tanggapi Fenomena Citayam Fashion Week

Kemudian, dilanjutkan dengan tujuh hal yang bisa mempengaruhi kinerja otak.

Pertama, kapasitas otak manusia tidak terbatas.

Menurut Hermanto, otak manusia memiliki kapasitas memori yang tidak terbatas selama individu dapat memanfaatkannya dengan baik.

Kedua, setiap otak adalah unik. Hal ini lantaran setiap individu memiliki genetik dan pengalaman yang variatif sehingga setiap otak memiliki karakteristik yang tidak sama

Hermanto mengaku, kerja otak ini sama halnya dengan cara belajar dan menyerap ilmu tiap orang yang berbeda.

"Mestinya metode pengajaran pada setiap orang itu berbeda-beda. Saya mengusulkan adanya adaptif personalized curriculum. Jadi kurikulum itu tidak hanya satu metode untuk semua jenis mahasiswa," ucap dia melansir laman Unair, Rabu (20/7/2022).

Ketiga, terkait visualisasi. Dia menuturkan, ada korelasi antara sensori dan motorik dalam tubuh yang saling berkaitan.

Keempat, burnout atau kondisi stres dan kelelahan, baik secara fisik maupun mental, salah satunya dalam hal pekerjaan.

Baca juga: Lulus SMUP Jalur Mandiri dan Jalur Prestasi Unpad? Ini Cara Registrasi Ulangnya

Dia menyebut, burnout turut mempengaruhi kinerja dalam bekerja yang menjadi tidak maksimal.

"Kalau terlalu lama bekerja akan menimbulkan dampak kurang baik. Termasuk dalam hal ketika mengambil keputusan, dan apabila keputusan tersebut dijalankan akan turut membahayakan pasien," ungkap dia.

Kelima, menjadi momok. Hermanto mengatakan, otak juga dapat mereproduksi emosi yang penting dalam hal pembelajaran.

Adanya bagian otak yang disebut amigdala akan bekerja atau bertindak reflek ketika diri dalam keadaan terancam.

Keenam, pengaruh negative feedback. Dia menjelaskan, feedback tidak selalu positif, tapi setiap dari feedback negatif akan dirupakan positif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com