Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/07/2022, 17:04 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tanoto Foundation sebagai organisasi filantropi independen di bidang pendidikan terus berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam upaya percepatan penurunan angka stunting.

Komitmen itu diwujudkan dengan menggelar Webinar Nasional: Generasi Bebas Stunting yang bertajuk “Pembelajaran dari Daerah dalam Percepatan Penurunan Stunting” di Medan, Rabu (6/7/2022).

Webinar Nasional tersebut merupakan bentuk kerja sama Tanoto Foundation dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Pembangunan Daerah (Bina Bangda) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Chief Executive Officer (CEO) Global Tanoto Foundation J. Satrijo Tanudjojo menilai bahwa semangat kerja sama antara berbagai pihak penting dalam menekan angka stunting di Indonesia.

“Kami di Tanoto Foundation percaya bahwa peran multi sektor sangat penting bagi keberhasilan program percepatan penurunan angka stunting,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu.

Baca juga: 7 Persen Balita di Bandung Masuk Kategori Stunting, Penyebabnya Bukan Hanya Makanan

Dengan kolaborasi konsep pentahelix, Satrijo berharap dapat mewujudkan generasi dengan anak-anak Indonesia bebas stunting.

Adapun kolaborasi berkonsep pentahelix yang dimaksud adalah antara pemerintah pusat dan daerah, dari hulu ke hilir secara bersama-sama. Hal ini juga termasuk dengan dukungan dari pihak swasta, akademisi, media, serta masyarakat.

Terkait Seri Webinar Nasional: Generasi Bebas Stunting, rencananya akan berlangsung hingga Oktober 2022 dengan melibatkan pemerintah daerah (pemda) dari 514 kabupaten dan kota.

Melalui penggunaan metode peer-to-peer learning, seri webinar yang dijalankan Tanoto Foundation, BKKBN, dan Kemendagri itu bertujuan untuk membagikan pembelajaran dari antar-daerah terkait dengan program percepatan penurunan stunting.

Wujudkan Generasi Emas 2045

Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi anak Indonesia di bawah usia lima tahun dengan kondisi stunting sekitar 24,4 persen. Artinya sekitar 7 juta bayi di bawah lima tahun (balita) Indonesia mengalami stunting.

Prevalensi stunting tersebut telah menunjukkan penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, Indonesia masih mempunyai tugas yang cukup banyak dalam melawan stunting guna mewujudkan Generasi Emas 2045.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan tidak mendapatkan stimulasi psikososial yang cukup. Hal ini utamanya terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 hari pertama kehidupan).

Dampak dari stunting bisa menyebabkan kemampuan kognitif anak menurun, sehingga mempengaruhi kapasitas belajar pada usia sekolah, nilai, dan prestasi anak.

Menurut berbagai penelitian, anak yang mengalami stunting berpeluang mendapatkan penghasilan 20 persen lebih rendah dari anak yang tidak stunting di saat dewasa.

Baca juga: Anak Pendek Belum Tentu Stunting, Ketahui Ciri-cirinya

Selain itu, stunting juga meningkatkan risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, dan stroke kelak ketika sang anak dewasa.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com